17 Oktober 2012
“Minggu depan kita anniv yang pertama kan?”
Rio yang sedang sibuk dengan gadgetnya mendongak. Menatap Ify yang tengah
tersenyum sambil menopang dagu mengahadap kearahnya. “Hm..” Rio berdehem sambil
tersenyum kecil. “Rayain yuk..” ujar Ify manja. Ia berdiri lalu menghampiri Rio
kemudian memeluk perutnya. “Oke! Meng endi? (Oke! Kemana?)” tanya Rio, ia
menyimpan gadgetnya lalu mengusap-usap rambut Ify dengan sayang. “Meng ndi bae,
asalkan karo koe. (Kemana aja, yang penting sama lo)” “Duh gue disepik.
Hahaha..” keduanya terbahak. Rio terdiam. Ia memutar otak, mencari akal.
Berpikir akan kemana mereka dihari anniv pertamanya dengan Ify. “Gimana kalo
kita ke Baturaden?” Ify membenarkan posisi duduknya. Lalu mengingat-ingat nama
tempat yang baru saja Rio sebutkan. Ia lupa, tapi ngga ngerasa asing sama
tempat itu. “Itu didaerah Purwokerto-an bukan sih?” tanya Ify balik. “Yup! Ngga
jauh kok, kurang lebih sekitar satu jam-an. Gimana?” Rio melihat Ify
mengerutkan dahinya, seperti sedang berpikir keras untuk iya atau tidak. Rio
menyeringai. “Elo tinggal bilang iya atau ngga aja lama. Tempatnya asik kok.
Kata sepupu gue si Ines, tempatnya masih asri gituuu. Dilereng Gunung Slamet.
Gimana mau coba?” Ify memutar kedua bola matanya. “Asik lo bilang? Nanti kalo
Gunung Slametnya meletus gimana? Kan BMKG udah nyatain kalo statusnya udah
siaga? Mau mati cepet lo? Gue ogah!” Rio terpingkal mendengar penuturan Ify.
Membuat Ify cengo, ia merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya barusan.
“Fy, lo jangan parno gitu dong! Aman kok walau statusnya udah siaga. Lagian
meletusnya cuma kecil-kecilan doang, percaya sama gue! Ngga bakal nyesel
dehh..” Akhirnya Ify menyanggupi ajakan Rio ke Baturaden. Diam-diam ia sudah
tak sabar untuk cepat-cepat tanggal 24.
***
24 Oktober 2012
Fanny membuka pintu kamar Ify yang tidak
dikunci. Seperti biasa, dihari minggu ini ia mengunjungi rumah sahabatnya. Ia
membawa mendoan, tempe yang dibaluri tepung lalu digoreng setengah matang—salah
satu makanan kesukaannya dengan Ify—apalagi jika dimakan masih dalam keadaan
panas plus nyigit (dimakan pake cabe rawit ijo) ditemani secangkir kopi panas
disore hari. Fanny dan Ify bisa menghabiskan berpiring-piring mendoan.
Perempuan itu mendapati Ify tengah bercermin dengan penampilan yang sudah rapi.
Membuat Fanny mengerutkan dahinya. “Mau kemana lo? Rapi amat,” tanya Fanny
sambil duduk ditepi ranjang Ify sambil memperhatikannya. “Kencan. First anniv
gue sama Rio dongss..” Fanny hanya membulatkan bibirnya. Ify berjalan
menhampiri Fanny dan ikut duduk disebelahnya. “Fan, lo tau Baturaden?” tanya
Ify serius. “Tau lah! Emang gue sekudet apa sampe ngga tau,” Fanny menjawab
acuh sambil mulai memakan mendoan yang dibawanya tadi. Ify cuma nyengir lalu
ikut makan. Tiba-tiba Fanny menghentikan makannya, wajahnya seolah baru
teringat sesuatu. “Jangan bilang loe sama Rio…” Fanny tak meneruskan ucapannya.
“Iya, gue sama Rio mau kesana” “Nggak!” ujar Fanny sedikit membentak, membuat
Ify terlonjak. “Elo apaan sih Fan?!” Ify sewot. Ify jadi tak berselera
melanjutkan makannya, ia lalu mengambil tissue untuk membersihkan mulut dan
tangannya. “Koe arep ngrayakna jadianmu sing pertama karo Rio mbok? Trus koe
malah arep meng Baturaden? Ora ulih! (Lo mau ngerayain hari jadi lo yang
pertama sama Rio kan? Trus lo malah mau ke Baturaden? Ngga boleh!)” Ify
memandang Fanny tak suka. Kenapa hari ini ia jadi sangat menyebalkan? “Ya
nangapa? (Ya kenapa?)” tanya Ify dengan suara keras. Fanny menghela nafas pelan
lalu mulai mencoba menerangkan pada Ify. “Fy, konon kalo ada pasangan yang pergi
ke Baturaden hubungannya bakal putus dan ngga akan sampai kepernikahan..” Deg.
Jantung Ify berdegub 3 kali lipat dari biasanya. Keningnya berkerut. Tidak, itu
tidak mungkin. “Yaa..itu cuma mitos sih, temen-temen gue udah banyak yang
kejadian. Tapi loe tetep harus jaga-jaga dong, antisipasi. Gue ngga mau kalian
selese cuma gara-gara habis pulang dari sana, itu sumpah asli ngga lucu!” Ify
meneguk ludahnya. Tiba-tiba perasaan takut menyergapnya. Tentu saja ia tidak
mau itu terjadi. Ify tersenyum kaku. “Justru itu Fan. Mana mungkin gue sama Rio
putus cuma gara-gara dari sana, kan ngga masuk akal banget? Lagian cuma mitos
ini kan?” Fanny menggeleng tak mengerti. “Lo harus percaya sama gue kali ini
aja, oke?” Ify menggeleng keras. Ia lalu mengambil tas dan memasang sepatu
ketsnya. “Gue pergi dulu,” telak. Fanny hanya bisa merapal doa agar tidak
terjadi apa-apa dengan hubungan kedua sahabatnya.
***
Rio dan Ify berjalan beriringan memasuki
wisata alam Baturaden dengan tangan saling menggenggam. Berjalan acuh, tak
perduli dengan tatapan orang-orang yang melihat mereka dengan satu alis
terangkat. Sepasang kekasih. Ify merengek ingin naik bebek-bebekkan, Rio
setuju. Ia lalu mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membeli karcis. Ify
yang keasyikan ingin cepat-cepat naik hampir terpeleset dipinggir danau kalau
tadi Rio tidak sigap menangkap pinggangnya. “Hati-hati dong Fy..” ujar Rio
khawatir, Ify hanya meringis. Setelah itu Rio menggandeng tangan Ify menaiki
wahana, takut-takut hal yamg sama akan terjadi lagi. “Uuuh Rio! Indah banget
yahhh, masih asri!” kini mereka sudah duduk diwahana yang memang hanya khusus
untuk 2 orang. Mereka mengotelnya sampai ketengah danau. “Nah apa gue bilang!”
Rio dan Ify tertawa, menertawakan apa saja yang mereka anggap lucu. Saling ejek
juga tak lupa selfie. Foto narsis yang sedang digandrungi dikalangan remaja
saat ini. “Abis ini kepancuran pitu yuk. Mau cuci muka pake air belerang.
Katanya ampuh buat ngilangin jerawat! jerawat gue udah sejagung-jagung,” ujar
Rio, membuat Ify mengangguk semangat.
***
“Yo sumpah Yoo, airnya dingin banget!” Kini
mereka sedang berada di Pancuran Pitu. Salah satu wisata alam juga diBaturaden.
Rio sudah selesai cuci muka dan membiarkan Ify berkecimpung diair sendirian.
Rio hanya tersenyum kecil melihat Ify yang kegirangan bermain air. Wajahnya
sangat polos, seperti anak-anak. Terkadang Rio harus menghindar saat mendapat
serangan air dari Ify. Ia tidak ingin basah karna ia tidak membawa ganti. “Fy
udah yukk. Masuk angin ntar loh!” Rio berusaha meraih tangan Ify. “Nanti Rioo,
maih seru!!” tolak Ify dengan nada manja, lalu mengedipka matanya dengan wajah
memelas. Membuat Rio tak kuasa menolak. Selanjutnya Ify berteriak senang. Saat
pandangan Rio sedang tak fokus kepada Ify, tiba-tiba ide jail muncul dikepala
wanita itu. Ify menarik tangan Rio, membuat laki-laki itu jatuh terduduk diair.
“Ifyyyy!!” Ify tergelak ditempatnya berdiri. Alhasil mereka malah main
ciprat-cipratan air.
***
Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Ify dan Rio
sedang duduk berdua diatas jembatan. Hawanya yang dingin serta sejuk membuat
Ify pengen terus-terusan dipeluk oleh Rio. “Lo ngga anget ah,” ujar Ify
dipelukan Rio, laki-laki itu menggeram. “Ini juga basah gara-gara lo,” desis
Rio membuat Ify terkekeh geli. “Kalo basah ya lepasin, ntar lo tambah kedinginan,”
ujar Rio mengingatkan. “Ngga mau. Udah terlanjur nyamaaan..” Ify berkata manja.
Sukses membuat sudut bibir Rio melengkung. Menghilangkan kekesalannya tadi
kepada Ify. Ah, kenapa wanita ini slalu bisa memutar balikan perasaannya? Ia
hampir gila menahan marahnya kepada Ify. Bajunya hampir basah seluruhnya. Tapi
Ify baru saja membuat semua rasa marahnya musnah. Apa wanita itu terlalu
berpengaruh pada kerja moodnya? “Pulang yuk udah sore. Ntar loe sakit
kedinginan gini..” Uh, betapa Rio ingin mencium bibir wanita yang tengah
merengut dengan bibirnya yang sengaja dikerucutkan didepannya ini. Jika akal
sehatnya tak jalan entahlah apa yang terjadi sekarang. “Masih betahh,” Rio
cukup memberikan tatapan perintahnya dan Ify akan menuruti permintaannya. “Oke
ayo kita pulang,” Ify berdiri dan mengeratkan jaketnya. Membuat
Rio—lagi-lagi—tersenyum.
***
25 Oktober 2012
Ify membuka situs jejaring sosial internet
dengan tangan gemetar. Ini semua salahnya tak mengikuti saran sahabatnya, ini
salahnya yang menganggap angina lalu cerita sahabatnya. Tangisnya semakin keras
saat membaca artikel tentang Baturaden yang berjudul ‘Jangan Pacaran di
Baturaden, Nanti Putus Hubungan Kekasih’. Itu benar-benar terjadi padanya. Ia
membutuhkan Fanny. “Fy, ada apa?” Fanny membuka pintu kamar Ify lalu disambut
dengan pelukan dari si empunya kamar. Menumpahkan tangisnya dibahu Fanny.
“Maafin gue ngga dengerin kata-kata lo kemaren..” Fanny menggeleng tak
mengerti. Ia lalu menuntukn Ify untuk duduk diranjang. “Jelasin dari awal Fy,”
Ify mengangguk.
*
Ify berlari menyusul Rio yang tengah berjalan
beriringan dengan Zamrah. Salah satu teman dekatnya dikelas. Bukan apa-apa,
hanya saja ada yang aneh dengan mereka. Tangan mereka..bertautan. tiba-tiba Ify
menghentikan langkahnya, sama seperti kerja jantung Ify yang tiba-tiba berhenti
untuk beberapa saat. Apalagi saat tangan Rio terulur untuk mengelus rambut
Zamrah dengan sayang. Jantung Ify kali ini serasa jatuh. Ya Tuhan, ada apa
dengan Rio-nya? Ify kembali berlari dan berhasil menyusul mereka. Serentak Rio
dan Zamrah melepaskan genggaman tangannya. Membuat Ify tersenyum sinis.
“Kenapa? Kenapa ngga dilanjutin hm?” Ify melihat Zamrah tergagap sedangkan Rio
terdiam. Melihat tak ada tanda-tanda pertanyaannya akan dijawab Ify kembali
bersuara. “Kenapa diem? Malu ketauan? Ketangkep basah?” Ify berteriak lantang,
padahal tak ada yang tau bahwa sekarang hati Ify telah hancur. Melihat kekasih
yang paling dicintainya tertangkap basah sedang jalan berdua dengan
selingkuhannya. Sebulir air mata tiba-tiba mengalir lewat sudut mata Ify. Ia
menangis. Tapi siapa perduli? Rio menatap Ify yang menangis dihadapannya. Ia
tak bisa berbuat apa-apa. Hanya sekedar menjelaskan yang sebenarnya saja
terlalu sulit. Mulutnya bagai dilem perekat. Tenggorokannya tercekat. Sampai
akhirnya ia melihat Ify berlari menjauhi nya dengan air mata yang berderai.
Sungguh ia ingin mengejar Ify, merengkuhnya dan menjelaskan yang sebenarnya
kepada Ify. Tapi ia tidak bisa, ia telah terikat. Ucapan Ify terus terngiang
dikepala Rio. “Kita putus!!” Tiba-tiba sudut bibir Rio terangkat.
***
Fanny memeluk tubuh ringkih Ify erat. Mitos
itu ternyata benar-benar terjadi kepada sabahatnya. “Gue bener-bener nyesel
ngga dengerin lo waktu itu Fan. Gue bodoh banget!” ujar Ify ditengah isakannya.
“Udah Fy jangan nangis lagi. Lo ngga perlu menyesali apa yang udah terjadi,
oke?” Fanny tak kuasa melihat air mata Ify yang semakin deras mengalir
dipipinya. Ia mendengus lalu membatin, kapan ini berakhir? Ify mengangguk.
“Udah malem gue balik yaa, lo jangan nangis-nangis lagi! Cowok kaya gitu ngga
pantes lo tangisin,” aduh Rio maaf, batin Fanny. Ify lagi-lagi hanya
mengangguk. “Ayo anter kedepan,” Ify mengerutkan dahinya. “Balik sendiri gih,
biasanya juga sendiri..” “Lo udah nyuruh gue dateng malem-malem dan pulang malem-malem
juga masih protes! Lo cuma nganterin gue kedepan rumah loe, bukan kedepan
komplek,” “Iya ah bawel lo! Ayo,” sebelum keluar Fanny sempat mengirim pesan
singkat kepada seseorang. “Lama lo, sms siapa sih?” “Mang Udin..”
***
From : 085647883xxx Otw depan. Siap2 lo
Rio merapikan bajunya saat mendapat sebuah
pesan dari Fanny. Sahabat kental Ify. Tak lupa ditemani oleh Zamrah. Sepupu
jauh yang baru diketahui oleh Rio belakangan ini. Rencananya mengerjai Ify
sukses. Tinggal menyelesaikan masalah dan semua akan kembali normal. “Lo siap
Yo?” tanya Zamrah membuat Rio menoleh dan mengerutkan dahinya. “Lo ngga liat
gue udah rapih gini..” jawab Rio sewot sambil memperhatikan pintu rumah Ify.
“Bukan itu maksud gue..” “Trus apaan?” Rio masih fokus pada pintu rumah Ify.
“Lo siap abis ini dapet omelan dari Ify yang gue jamin ngga akan ada habisnya?”
Rio tersedak air liurnya sendiri mendengar penuturan Zamrah. Benar juga, ia
bahkan lupa pada kenyataan yang satu itu. Laki-laki itu lalu menggaruk
tengkuknya yang tak gatal. “Ngga papa deh dari pada liat doi nangis,” anjir
parahhh, kok sweet. Batin Zamrah mencak-mencak niatnya ngerjain malah sifat
romatisnya muncul. Kali ini Zamrah yang garuk-garuk tengkuk. “Eh, standby
standby!” isyarat Rio saat melihat Ify dan Fanny keluar.
***
“Eh ati-ati lo,” ujar Ify dengan suara sengau.
“Eh jangan nangis lagi lo,” balas Fanny diiringi kekehan oleh Ify. “Thanks ya
udah mau dengerin curhatan gue malem ini,” Fanny hanya mengangkat jempolnya.
Saat Fanny sudah tak terlihat lagi dibalik pintu gerbang, Ify berbalik hendak
masuk rumah saat suara yang sudah ia hafal luar kepala menghentikan langkahnya.
“Ify..” suara Rio. Hati Ify tiba-tiba berdesir hangat. Ia menoleh dan mendapati
Rio dengan setelan kemeja santainya. Kedua tangannya berada dibalik punggung.
“Ada apa Yo?” “Happy first anniversary,” ujar Rio lirih selirih udara malam
yang berhembus kala itu. Tangan kanannya menyodorkan setangkai bunga mawar
merah. “Yo, tapi kita kan..” “Sori Fy itu kerjaan Rio. Dia sengaja ngerjain lo
dengan manfaatin gue sama Fanny,” tiba-tiba Zamrah keluar dari tempat
persembunyiannya bersama Fanny. Membuat Ify melongo parah. “Jadi kalian bertiga
sekongkol?” ujar Ify setengah menjerit, dipelototi nya mereka bertiga. Membuat
mereka meringis tak merasa bersalah. “Reseee! Gue udah sampe nangis-nangis
gini, awas ya lo bertiga!!” Akhirnya malam itu dihabiskan dengan kejar-kejaran
dihalaman rumah Ify.
END.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar