Judul
: Malaikat Pelindungku Latar : Kota Cimahi Tokoh : Avrio Purnama Surya, Lify
Anastasia Putri, Lutfiah Izmi Azizah
“Kamu
gak apa-apa?” “Enggak kok, aku gak apa-apa.” “Kamu bohong, muka kamu pucat
gitu!” “Udah gak apa-apa kok, serius!” “Istirahat yang cukup, kurangi porsi
latihan kamu. Mulut kamu boleh bilang ‘aku gak apa-apa’ tapi mata kamu tidak.
Istirahat yang cukup cantik, aku pergi dulu ya..”
***
Ya,
dia memang special. Dia mengetaui apa yang terjadi padaku hanya lewat kedua
mataku. Aku tak pernah bias berbohong dihadapannya, dia begitu jeli mendapatan
kebohonganku. Ya, dia sangat istimewa. Dia segalanya bagiku. Meski dia tak ada
hubungan darah denganku, tapi dia adalah sosok yang tak akan bias tergantikan.
Aku tak ingin kehilangannya, karena dia adalah MALAIKAT PELINDUNGKU…..
***
Pagi
ini, sosok pemuda yang begitu tampan tengah bersiap-siap untuk segera pergi
menuju tempat tinggalnya yang baru. Ia tampak begitu serius dalam mengepak
barang-barangnya, sehingga ia tak memperdulikan mamanya yang sedari tadi
memperhatikannya. “Rio, kamu yakin dengan keputusanmu?” Rio, sosok pemuda
tampan tadi tak menghiraukan pertanyaan mamanya. Tampak dikedua telinganya
tersumbat sepasang earphone. “Rio!” Kali ini mamanya memukul pelan pundak
anaknya itu. “Eh, iya ma ada apa?” tanya Rio gelagapan karena ia amenghiraukan
mamanya sejak tadi. “Kamu ini, mama tanya tidak didengar. Kamu yakin dengan
keputusanmu untuk pindah seorang diri di kota itu?” “Hehe.. maaf ma, Rio tadi
gak dengar. Rio yakin dong ma, Rio kan ingin belajar mandiri.” jawab Rio tegas,
“Yasudah kalau kamu yakin, mama tidak bias melarangmu. Tapi nanti mama hanya
bias mengantarmu sampai stasiun kereta.” ucap mamanya lalu segera berlalu dari
kamar putranya itu. “Sip ma, gak apa-apa kok.” teriak Rio dari kamarnya.
***
Saat
ini Rio tengah berada didalam gerbong kereta api yang akan mengantarnya menuju
sebuah kota yang bernama Kota Cimahi. Ia tengah memandang pemandangan yang
dilaluinya melalui jendela gerbong kereta apinya. Ia menarik nafas perlahan
lalu menghembuskannya. Memang agak berat baginya untuk meninggalkan mamanya
sendirian bersama papanya yang selalu sibuk mengurus urusan bisnisnya. Tadi
saja mamanya menangis di stasiun hanya untuk mencegah Rio pergi. Tapi
untungnya, Rio berhasil meyakinkan mamanya. Rio mengeluarkan kamera SLRnya
untuk memotret pemandangan selama perjalanan didalam kereta api ini. Sungguh
beruntung baginya karena ia melalui perjalanan yang melewati berbagai macam
penampakan alam.
***
“Akhirnya
sampai juga di Cimahi. Selamat datang kehidupan yang baru.” gumam Rio seraya
merentangkan tangannya. “Paman mana ya? Kalau gak ada gimana dong aku kan gak
tau daerah sini.” Rio celingak celinguk mencari keberadaan pamannya di stasiun
Cimahi ini. Drrtt… drrrtt.. Rio mengambil handphonenya, lalu membaca sms yang
ternyata berasal dari pamannya. “Mampus! Paman gak bias jemput, terus dia suruh
nyari cewek yang bawa papan yang ada nama akunya.” “Hei, Rio ya?” tanya seorang
gadis cantik disebelahnya. “Iya saya Rio, anda siapa?” “Gak usah baku gitu dong
ngomongnya, biasa aja. Kenalin namaku Lify Anastasia Putri, panggil Ify aja.”
Gadis itu menyodorkan tangannya mengajak Rio kenalan. “Hehe.. maaf ya. Namaku
Avrio Purnama Surya panggil Rio aja. Kamu yang disuruh paman jemput aku ya?”
“Iya gak apa kok. Kok kamu tahu?” “Itu….” tunjuk Rio kearah papan yang dibawa
oleh gadis itu. Ify hanya tersenyum melihat papan yang ditunjuk oleh Rio.
“Yasudah ayo pulang ke rumah pamanmu, tapi maaf ya, perjalanannya naik angkot.”
“Ya gak apa-apa kok.” Rio tersenyum lalu mengikuti langkah gadis cantik itu
keluar dari stasiun Cimahi ini.
***
“Hatur nuhun ya mang.” ucap Ify setelah memberi ongkos kepada supir angkot itu.
(Terima kasih ya mang.) “Kamu ngomong apa Fy tadi sama supirnya?” tanya Rio
yang bingung akan bahasa yang baru saja diucapkan oleh Ify. “Itu bahasa sunda,
artinya terima kasih. Nah, mang tu sama dengan bang kalau di Jakarta.” jelas
Ify kepada Rio yang tengah manggut-manggut mendengar penjelasan Ify. Saat ini
kedunya tengah menyusuri jalan menuju rumah paman Rio. Keduanya tampak masih
canggung, sehingga perjalanan itu hanya ditemani oleh kesunyian. “Punteun nya
ibu-ibu.” ucap Ify ketika melewati sekumpulan ibu-ibu. (Permisi ya ibu-ibu).
“Oh nya mangga-mangga neng.” ( Oh ya, silahkan-silahkan neng.) “Fy, sumpah aku
bingung sama bahasa kamu. Apaan coba mangga-mangga, emangnya aku mangga apa?”
ucap Rio bingung dan kesal. Ify hanya tertawa mendengar ucapan Rio. “Nanti kamu
juga ngerti kok.” Rio hanya bisa pasrah mendengar ucapan Ify. ***
Hari
ini hari pertama Rio masuk kesekolah barunya. Ia tengah memakai sepatu di
halaman rumah pamannya ketika Ify datang dan mengajak Rio untuk berangkat
bersama. “Fy, sekolahnya jauh gak dari sini?” “Enggak kok, buktinya kita jalan
kaki kan. Oh ya, kita sekelas loh, jadi lebih mudah untuk kamu supaya bisa
beradaptasi di lingkungan baru bagi kamu.” “Kok bisa sih Fy?” “Pamanmu yang
mengaturnya. Katanya kasian kalau liat kamu sekelas sama orng yang sama sekali
enggak kamu kenal.” “Oh… paman memang mengerti aku yang susah beradaptasi.”
“Haha… kamu ada-ada saja. Tenang kok murid-murid disana baik-baik semua.” “Fy,
mau gak kamu jadi sahabat aku?” “Serius nih? Gak cuma modus kan gara-gara kamu
baru kenal aku doang disini?” “Enggak kok Fy, ini tulus dari dalam hati” ucap
Rio berusaha meyakinkan Ify. “Oke, aku mau jadi sahabat kamu.” ucap Ify lalu
tersenyum manis kearah Rio.
***
Hari
pertama masuk sekolah bagi Rio tidak terlalu buruk, mungkin yang buruk bagi Rio
adalah faktor bahasa yang digunakan oleh para siswa disini. “Hei, emm… Lutfiah
kamu liat Ify gak?” Tanya Rio pada salah seorang murid yang sekelas dengannya.
“Abdi mah ti tadi oge teu acan ningali Ify.” Ucap Lutfiah dengan aksen sunda
yang kental. (Aku sejak tadi belum lihat Ify). “Kamu ngomong apaan sih?” tanya
Rio bingung seraya menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal. “Oh.. maaf-maaf.
Maksud aku, aku gak liat Ify dari tadi. Mungkin dia ada di lapangan sedang
latihan pencak silat.” “Pencak silat? Itu kan salah satu olahraga bela diri?
Ify ikutan pencak silat? Serius?” “Iya emang kenapa gitu? Itukan salah satu
budaya khas sunda. Jadi, nya teu nanaon atuh ari Ify miluan pencak silat.”
(Jadi, ya tidak apa-apa dong kalau Ify ikutan pencak silat.) “Hah? Yaudah
makasih atas infonya.” Ucap Rio lantas segera bergegas menuju lapangan meskipun
ia masih sedikit binggung atas ucapan Lutfiah.
***
“Ify..!!!”
panggil Rio dari tepi lapangan saat melihat Ify tengah sibuk berlatih. “Hei
kamu! Anjeun teh boga soca henteu? Tingali atuh Ify jeung babaturanana teh keur
latihan.” ucap seorang pria setengah baya yang merupakan pelatih dari paencak
silat. ( Hei kamu! Kamu punya mata tidak? Lihat Ify dengan teman-temannya
sedang latihan.) Sadar akan suasana yang mulai tak enak antara Rio dan
pelatihnya, Ify menghampiri keduanya lantas bercakap-cakap dengan pelatihnya menggunakan
bahasa sunda yang tidak dimengerti oleh Rio. Pelatih itu lalu mengangguk paham
lantas meninggalkan Ify dan Rio lalu kembali kedalam lapangan. “Yo, kamu
ngapain kesini? Pelatih itu galak, untung saja aku bisa kasih alasan yang tepat
kepada beliau.” tanya Ify kepada Rio. “Tadi kamu ngomong apaan sih?” bukannya
menjawab Rio malah balik bertanya. “Udahlah gak penting. Kamu mau apa kesini?
Aku sedang latihan buat event nih.” “Hehe maaf Fy, aku Cuma mau ngajak kamu
pulang soalnya aku lupa jalan pulang.” cengir Rio menunjukkan rasa tidak
bersalahnya. “Yaampun Rio! Kamu ini ada-ada saja, yasudah kamu tunggu saja
dulu, sebentar lagi aku selesai latihan.” Ucap Ify lalu kembali ke lapangan dan
melanjutkan latihannya yang tadi tertunda. Rio lalu mengangguk seraya tersenyum
pada Ify yang sedang melanjutkan latihannya itu. Tanpa sadar Rio terus
memperhatikan Ify yang sedang latihan seraya tersenyum begitu manis malihat
Ify.
***
“Fy,
kamu gak cape apa latihan pencak silat mulu? Event kan masih lama.” tanya Rio
pada Ify saat keduanya tengah berjalan-jalan mengintari desa. “Enggak kok, aku
malah seneng.” Jawab Ify seraya tersenyum menghadap langit biru diatasnya.
“Tapi muka kamu kelihatan pucet tau gak?” tanya Rio khawatir. “Udahlah tenang
aja, aku gak apa-apa kok.” Ify tersenyum kearah Rio. “Istirahat yang cukup,
kurangi porsi latihan kamu. Mulut kamu boleh bilang ‘aku gak apa-apa’ tapi mata
kamu tidak. Istirahat yang cukup cantik.” Ucap Rio lalu menepuk pelan puncak
kepala Ify. Ify yang diperlakukan manis oleh Rio tentu saja merasa senang.
Bagaimana tidak, sudah 3 bulan Rio berada di desa ini, dan hanya Ify yang dekat
dengan Rio. Ify yang awalnya tidak tahu mengapa ia begitu nyaman jika berada di
dekat Rio kini mulai menyadari, bahwa ia mulai mencintai pemuda manis itu. Rio
yang melihat Ify senyum-senyum sendiri merasa heran. Ia lantas menepuk pelan
pundak Ify, dan mendapati respon yang cukup mengagetkan. Bagaimana tidak, Ify
langsung melintir tangannya kuat-kuat. “Hoy, Fy ampun-ampun salah aku apa?”
ringis Rio kesakitan. “Eh, Yo maaf-maaf aku gak sengaja.” Ucap Ify merasa
bersalah. “Udahlah gak apa-apa kok Fy. Aku pulang dulu ya udah sore. Oh ya,
besok libur kan? Gimana kalau kita jalan-jalan? Aku besok ke rumah kamu jam 9
oke.” ucap Rio lantas segera jalan menuju rumah pamannya. Ify hanya melongo
begitu melihat Rio masuk kedalam rumah pamannya.
***
Esok
harinya Rio mengajak Ify jalan-jalan menuju Curug Cimahi. Karena Ify sedang
berada dalam masa tenang sebelum event ia menyanggupi ajakan Rio untuk
berjalan-jalan. Mereka berdua menikmati keindahan Curug Cimahi. Setelah mereka
harus melewati anak tangga yang akan mengantarnya menuju Curug atau air terjun
yang jumlahnya sekitar 587 anak tangga, akhirnya rasa leleh mereka terbayar
sudah dengan keindahan air terjun ini. Mereka sempat berfoto-foto sejenak untuk
mengabadikan pengalaman ini. Bahkan mereka sempat berfoto dengan kera-kera yang
menjadi penghuni air terjun ini. Sungguh pengalaman yang tak akan dilupakan
oleh mereka. Setelah merasa puas berada di Curug Cimahi. Mereka lantas segera
menuju tempat wisata lainnya, diantaranya Alam Wisata Cimahi, taman All About
Strawberry, dan Tempat Wisata Kuda Paku Haji. Mereka pulang hampir pukul 21.30
WIB. Tapi rasa senang mereka tidak bisa digambarkan. Setelah puas
berjalan-jalan, mereka sempat membeli oleh-oleh untuk orang dirumah. Mulai dari
batik khas Cimahi, kue seprong, dodol jahe, peyeum ketan istimewa, keripik
setan, keripik daun singkong, bandrek dan bajigur yang merupakan makanan dan
minuman khas dari Cimahi.
***
Event
perlombaan pencak silat tingkat Kota Cimahi telah dimulai. Ify tengah
bersiap-siap, tapi sedari tadi ia tengah menunggu kedatangan Rio yang sudah
janji akan hadir. Ify harap-harap cemas namun ia mencoba fokus pada
pertandingannya. “Mungkin Rio telat datang.” Ify mencoba untuk berpikir
positif. Sekarang giliran Ify untuk tampil, ia berdo’a terlebih dahulu agar
bisa memberikan hasil yang terbaik.
***
“Dan yang menjadi juara dua adalah…….. Lify Anastasia Putri.” Ify maju kedepan
dan menerima penghargaan yang akan diberikan kepadanya. Masih belum ada kabar
dari Rio. Ify akan mencoba untuk datang kerumah Pamannya Rio untuk mengetahui
keadaan Rio.
***
Begitu
terkejutnya Ify mengetahui bahwa Rio tengah pulang ke Jakarta untuk
melaksanakan operasi ginjal yang selama ini diidapnya. Dan lebih terkejutnya
lagi, saat ia menerima surat dari Rio yang diberikan oleh pamannya. “Aku
mencintai kamu Fy, maafkan aku karena tak pernah memberi tahu tentang
penyakitku ini karena aku tak mau membut kamu khawatir. Dan maafkan aku karena
aku tak datngke lombamu. Aku tau kamu pasti juara karena kamu hebat Fy, selamat
ya. Aku akan selalu mencintaimu Fy, tnggu aku, aku pasti bisa sehat kembali dan
akan datang kehadapanmu untuk melamarmu.” Begitulah salah satu penggalan dari
surat yang ditunjukan kepada Ify. Ify sangat menyesal karena ia tak pernah
memperhatikan kondisi Rio. Padahal Rio begitu baik layaknya seorang malaikat
yang melindunginya kapan pun. “Maafkan aku Rio. Aku jaga mencintaimu. Kamu
pasti sehat kembali seprti awal. Aku akan tunggu janjimu untuk datang padaku. I
Love You Avrio Purnama Surya.”
***
Aku
tak ingin kehilangannya, karena ia adalah Malaikat Pelindungku. Maafkan aku
wahai malaikatku. Aku kan selalu setia menunggumu kembali kehadapanku. Aku akan
selalu mencintaimu. Aku mencintaimu selalu malaikat pelindungku…….
Ratna
Nur Wulan @ratna_nurwulan RFM CIMAHI
#RFM4EST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar