Jumat, 07 November 2014

RATNA NUR WULAN @ratna_nurwulan [RFM CIMAHI]



Judul : Malaikat Pelindungku Latar : Kota Cimahi Tokoh : Avrio Purnama Surya, Lify Anastasia Putri, Lutfiah Izmi Azizah
“Kamu gak apa-apa?” “Enggak kok, aku gak apa-apa.” “Kamu bohong, muka kamu pucat gitu!” “Udah gak apa-apa kok, serius!” “Istirahat yang cukup, kurangi porsi latihan kamu. Mulut kamu boleh bilang ‘aku gak apa-apa’ tapi mata kamu tidak. Istirahat yang cukup cantik, aku pergi dulu ya..”
***
Ya, dia memang special. Dia mengetaui apa yang terjadi padaku hanya lewat kedua mataku. Aku tak pernah bias berbohong dihadapannya, dia begitu jeli mendapatan kebohonganku. Ya, dia sangat istimewa. Dia segalanya bagiku. Meski dia tak ada hubungan darah denganku, tapi dia adalah sosok yang tak akan bias tergantikan. Aku tak ingin kehilangannya, karena dia adalah MALAIKAT PELINDUNGKU…..
***
Pagi ini, sosok pemuda yang begitu tampan tengah bersiap-siap untuk segera pergi menuju tempat tinggalnya yang baru. Ia tampak begitu serius dalam mengepak barang-barangnya, sehingga ia tak memperdulikan mamanya yang sedari tadi memperhatikannya. “Rio, kamu yakin dengan keputusanmu?” Rio, sosok pemuda tampan tadi tak menghiraukan pertanyaan mamanya. Tampak dikedua telinganya tersumbat sepasang earphone. “Rio!” Kali ini mamanya memukul pelan pundak anaknya itu. “Eh, iya ma ada apa?” tanya Rio gelagapan karena ia amenghiraukan mamanya sejak tadi. “Kamu ini, mama tanya tidak didengar. Kamu yakin dengan keputusanmu untuk pindah seorang diri di kota itu?” “Hehe.. maaf ma, Rio tadi gak dengar. Rio yakin dong ma, Rio kan ingin belajar mandiri.” jawab Rio tegas, “Yasudah kalau kamu yakin, mama tidak bias melarangmu. Tapi nanti mama hanya bias mengantarmu sampai stasiun kereta.” ucap mamanya lalu segera berlalu dari kamar putranya itu. “Sip ma, gak apa-apa kok.” teriak Rio dari kamarnya.
***
Saat ini Rio tengah berada didalam gerbong kereta api yang akan mengantarnya menuju sebuah kota yang bernama Kota Cimahi. Ia tengah memandang pemandangan yang dilaluinya melalui jendela gerbong kereta apinya. Ia menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya. Memang agak berat baginya untuk meninggalkan mamanya sendirian bersama papanya yang selalu sibuk mengurus urusan bisnisnya. Tadi saja mamanya menangis di stasiun hanya untuk mencegah Rio pergi. Tapi untungnya, Rio berhasil meyakinkan mamanya. Rio mengeluarkan kamera SLRnya untuk memotret pemandangan selama perjalanan didalam kereta api ini. Sungguh beruntung baginya karena ia melalui perjalanan yang melewati berbagai macam penampakan alam.
***
“Akhirnya sampai juga di Cimahi. Selamat datang kehidupan yang baru.” gumam Rio seraya merentangkan tangannya. “Paman mana ya? Kalau gak ada gimana dong aku kan gak tau daerah sini.” Rio celingak celinguk mencari keberadaan pamannya di stasiun Cimahi ini. Drrtt… drrrtt.. Rio mengambil handphonenya, lalu membaca sms yang ternyata berasal dari pamannya. “Mampus! Paman gak bias jemput, terus dia suruh nyari cewek yang bawa papan yang ada nama akunya.” “Hei, Rio ya?” tanya seorang gadis cantik disebelahnya. “Iya saya Rio, anda siapa?” “Gak usah baku gitu dong ngomongnya, biasa aja. Kenalin namaku Lify Anastasia Putri, panggil Ify aja.” Gadis itu menyodorkan tangannya mengajak Rio kenalan. “Hehe.. maaf ya. Namaku Avrio Purnama Surya panggil Rio aja. Kamu yang disuruh paman jemput aku ya?” “Iya gak apa kok. Kok kamu tahu?” “Itu….” tunjuk Rio kearah papan yang dibawa oleh gadis itu. Ify hanya tersenyum melihat papan yang ditunjuk oleh Rio. “Yasudah ayo pulang ke rumah pamanmu, tapi maaf ya, perjalanannya naik angkot.” “Ya gak apa-apa kok.” Rio tersenyum lalu mengikuti langkah gadis cantik itu keluar dari stasiun Cimahi ini.
*** “Hatur nuhun ya mang.” ucap Ify setelah memberi ongkos kepada supir angkot itu. (Terima kasih ya mang.) “Kamu ngomong apa Fy tadi sama supirnya?” tanya Rio yang bingung akan bahasa yang baru saja diucapkan oleh Ify. “Itu bahasa sunda, artinya terima kasih. Nah, mang tu sama dengan bang kalau di Jakarta.” jelas Ify kepada Rio yang tengah manggut-manggut mendengar penjelasan Ify. Saat ini kedunya tengah menyusuri jalan menuju rumah paman Rio. Keduanya tampak masih canggung, sehingga perjalanan itu hanya ditemani oleh kesunyian. “Punteun nya ibu-ibu.” ucap Ify ketika melewati sekumpulan ibu-ibu. (Permisi ya ibu-ibu). “Oh nya mangga-mangga neng.” ( Oh ya, silahkan-silahkan neng.) “Fy, sumpah aku bingung sama bahasa kamu. Apaan coba mangga-mangga, emangnya aku mangga apa?” ucap Rio bingung dan kesal. Ify hanya tertawa mendengar ucapan Rio. “Nanti kamu juga ngerti kok.” Rio hanya bisa pasrah mendengar ucapan Ify. ***
Hari ini hari pertama Rio masuk kesekolah barunya. Ia tengah memakai sepatu di halaman rumah pamannya ketika Ify datang dan mengajak Rio untuk berangkat bersama. “Fy, sekolahnya jauh gak dari sini?” “Enggak kok, buktinya kita jalan kaki kan. Oh ya, kita sekelas loh, jadi lebih mudah untuk kamu supaya bisa beradaptasi di lingkungan baru bagi kamu.” “Kok bisa sih Fy?” “Pamanmu yang mengaturnya. Katanya kasian kalau liat kamu sekelas sama orng yang sama sekali enggak kamu kenal.” “Oh… paman memang mengerti aku yang susah beradaptasi.” “Haha… kamu ada-ada saja. Tenang kok murid-murid disana baik-baik semua.” “Fy, mau gak kamu jadi sahabat aku?” “Serius nih? Gak cuma modus kan gara-gara kamu baru kenal aku doang disini?” “Enggak kok Fy, ini tulus dari dalam hati” ucap Rio berusaha meyakinkan Ify. “Oke, aku mau jadi sahabat kamu.” ucap Ify lalu tersenyum manis kearah Rio.
***
Hari pertama masuk sekolah bagi Rio tidak terlalu buruk, mungkin yang buruk bagi Rio adalah faktor bahasa yang digunakan oleh para siswa disini. “Hei, emm… Lutfiah kamu liat Ify gak?” Tanya Rio pada salah seorang murid yang sekelas dengannya. “Abdi mah ti tadi oge teu acan ningali Ify.” Ucap Lutfiah dengan aksen sunda yang kental. (Aku sejak tadi belum lihat Ify). “Kamu ngomong apaan sih?” tanya Rio bingung seraya menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal. “Oh.. maaf-maaf. Maksud aku, aku gak liat Ify dari tadi. Mungkin dia ada di lapangan sedang latihan pencak silat.” “Pencak silat? Itu kan salah satu olahraga bela diri? Ify ikutan pencak silat? Serius?” “Iya emang kenapa gitu? Itukan salah satu budaya khas sunda. Jadi, nya teu nanaon atuh ari Ify miluan pencak silat.” (Jadi, ya tidak apa-apa dong kalau Ify ikutan pencak silat.) “Hah? Yaudah makasih atas infonya.” Ucap Rio lantas segera bergegas menuju lapangan meskipun ia masih sedikit binggung atas ucapan Lutfiah.
***
“Ify..!!!” panggil Rio dari tepi lapangan saat melihat Ify tengah sibuk berlatih. “Hei kamu! Anjeun teh boga soca henteu? Tingali atuh Ify jeung babaturanana teh keur latihan.” ucap seorang pria setengah baya yang merupakan pelatih dari paencak silat. ( Hei kamu! Kamu punya mata tidak? Lihat Ify dengan teman-temannya sedang latihan.) Sadar akan suasana yang mulai tak enak antara Rio dan pelatihnya, Ify menghampiri keduanya lantas bercakap-cakap dengan pelatihnya menggunakan bahasa sunda yang tidak dimengerti oleh Rio. Pelatih itu lalu mengangguk paham lantas meninggalkan Ify dan Rio lalu kembali kedalam lapangan. “Yo, kamu ngapain kesini? Pelatih itu galak, untung saja aku bisa kasih alasan yang tepat kepada beliau.” tanya Ify kepada Rio. “Tadi kamu ngomong apaan sih?” bukannya menjawab Rio malah balik bertanya. “Udahlah gak penting. Kamu mau apa kesini? Aku sedang latihan buat event nih.” “Hehe maaf Fy, aku Cuma mau ngajak kamu pulang soalnya aku lupa jalan pulang.” cengir Rio menunjukkan rasa tidak bersalahnya. “Yaampun Rio! Kamu ini ada-ada saja, yasudah kamu tunggu saja dulu, sebentar lagi aku selesai latihan.” Ucap Ify lalu kembali ke lapangan dan melanjutkan latihannya yang tadi tertunda. Rio lalu mengangguk seraya tersenyum pada Ify yang sedang melanjutkan latihannya itu. Tanpa sadar Rio terus memperhatikan Ify yang sedang latihan seraya tersenyum begitu manis malihat Ify.
***
“Fy, kamu gak cape apa latihan pencak silat mulu? Event kan masih lama.” tanya Rio pada Ify saat keduanya tengah berjalan-jalan mengintari desa. “Enggak kok, aku malah seneng.” Jawab Ify seraya tersenyum menghadap langit biru diatasnya. “Tapi muka kamu kelihatan pucet tau gak?” tanya Rio khawatir. “Udahlah tenang aja, aku gak apa-apa kok.” Ify tersenyum kearah Rio. “Istirahat yang cukup, kurangi porsi latihan kamu. Mulut kamu boleh bilang ‘aku gak apa-apa’ tapi mata kamu tidak. Istirahat yang cukup cantik.” Ucap Rio lalu menepuk pelan puncak kepala Ify. Ify yang diperlakukan manis oleh Rio tentu saja merasa senang. Bagaimana tidak, sudah 3 bulan Rio berada di desa ini, dan hanya Ify yang dekat dengan Rio. Ify yang awalnya tidak tahu mengapa ia begitu nyaman jika berada di dekat Rio kini mulai menyadari, bahwa ia mulai mencintai pemuda manis itu. Rio yang melihat Ify senyum-senyum sendiri merasa heran. Ia lantas menepuk pelan pundak Ify, dan mendapati respon yang cukup mengagetkan. Bagaimana tidak, Ify langsung melintir tangannya kuat-kuat. “Hoy, Fy ampun-ampun salah aku apa?” ringis Rio kesakitan. “Eh, Yo maaf-maaf aku gak sengaja.” Ucap Ify merasa bersalah. “Udahlah gak apa-apa kok Fy. Aku pulang dulu ya udah sore. Oh ya, besok libur kan? Gimana kalau kita jalan-jalan? Aku besok ke rumah kamu jam 9 oke.” ucap Rio lantas segera jalan menuju rumah pamannya. Ify hanya melongo begitu melihat Rio masuk kedalam rumah pamannya.
***
Esok harinya Rio mengajak Ify jalan-jalan menuju Curug Cimahi. Karena Ify sedang berada dalam masa tenang sebelum event ia menyanggupi ajakan Rio untuk berjalan-jalan. Mereka berdua menikmati keindahan Curug Cimahi. Setelah mereka harus melewati anak tangga yang akan mengantarnya menuju Curug atau air terjun yang jumlahnya sekitar 587 anak tangga, akhirnya rasa leleh mereka terbayar sudah dengan keindahan air terjun ini. Mereka sempat berfoto-foto sejenak untuk mengabadikan pengalaman ini. Bahkan mereka sempat berfoto dengan kera-kera yang menjadi penghuni air terjun ini. Sungguh pengalaman yang tak akan dilupakan oleh mereka. Setelah merasa puas berada di Curug Cimahi. Mereka lantas segera menuju tempat wisata lainnya, diantaranya Alam Wisata Cimahi, taman All About Strawberry, dan Tempat Wisata Kuda Paku Haji. Mereka pulang hampir pukul 21.30 WIB. Tapi rasa senang mereka tidak bisa digambarkan. Setelah puas berjalan-jalan, mereka sempat membeli oleh-oleh untuk orang dirumah. Mulai dari batik khas Cimahi, kue seprong, dodol jahe, peyeum ketan istimewa, keripik setan, keripik daun singkong, bandrek dan bajigur yang merupakan makanan dan minuman khas dari Cimahi.
***
Event perlombaan pencak silat tingkat Kota Cimahi telah dimulai. Ify tengah bersiap-siap, tapi sedari tadi ia tengah menunggu kedatangan Rio yang sudah janji akan hadir. Ify harap-harap cemas namun ia mencoba fokus pada pertandingannya. “Mungkin Rio telat datang.” Ify mencoba untuk berpikir positif. Sekarang giliran Ify untuk tampil, ia berdo’a terlebih dahulu agar bisa memberikan hasil yang terbaik.
*** “Dan yang menjadi juara dua adalah…….. Lify Anastasia Putri.” Ify maju kedepan dan menerima penghargaan yang akan diberikan kepadanya. Masih belum ada kabar dari Rio. Ify akan mencoba untuk datang kerumah Pamannya Rio untuk mengetahui keadaan Rio.
***
Begitu terkejutnya Ify mengetahui bahwa Rio tengah pulang ke Jakarta untuk melaksanakan operasi ginjal yang selama ini diidapnya. Dan lebih terkejutnya lagi, saat ia menerima surat dari Rio yang diberikan oleh pamannya. “Aku mencintai kamu Fy, maafkan aku karena tak pernah memberi tahu tentang penyakitku ini karena aku tak mau membut kamu khawatir. Dan maafkan aku karena aku tak datngke lombamu. Aku tau kamu pasti juara karena kamu hebat Fy, selamat ya. Aku akan selalu mencintaimu Fy, tnggu aku, aku pasti bisa sehat kembali dan akan datang kehadapanmu untuk melamarmu.” Begitulah salah satu penggalan dari surat yang ditunjukan kepada Ify. Ify sangat menyesal karena ia tak pernah memperhatikan kondisi Rio. Padahal Rio begitu baik layaknya seorang malaikat yang melindunginya kapan pun. “Maafkan aku Rio. Aku jaga mencintaimu. Kamu pasti sehat kembali seprti awal. Aku akan tunggu janjimu untuk datang padaku. I Love You Avrio Purnama Surya.”
***
Aku tak ingin kehilangannya, karena ia adalah Malaikat Pelindungku. Maafkan aku wahai malaikatku. Aku kan selalu setia menunggumu kembali kehadapanku. Aku akan selalu mencintaimu. Aku mencintaimu selalu malaikat pelindungku…….
Ratna Nur Wulan @ratna_nurwulan RFM CIMAHI
#RFM4EST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar