Bule Cantik Pemakan Cintaku
Ify turun dari bus Pahala Kencana,
ia melirik sekilas pergelangan tangannya. Baru menunjukan pukul 05:30 pagi. Ia
melangkah menuju emperan toko menunggu jemputan yang sudah ia kabari sejak 10
menit yang lalu.
"Arkhaeta Khanify?"
Ify mengerutkan dahi melihat pemuda
yang ada didepannya, penampilannya yang sederhana dengan balutan kaos kuning
dan celana pendek levis.
"Iya ini gue. Lo orang yang
jemput gue?" Ify memandang aneh pemuda didepannya.
"Kenalna nyong Muhammad Rohim,
tapi diundang Rio." (Kenalin gue Muhammad Rohim, tapi dipanggil Rio.)
Rio tersenyum mengulurkan tangan besar miliknya dihadapan Ify.
Ify melongo mendengar pemuda itu
berbicara. Ia sama sekali tidak begitu paham dengan bahasa yang digunakan.
"Lo ngomong apa sih. Gue nggak tau."
"Lo ngomong apa sih. Gue nggak tau."
Rio menggaruk tengkuknya, merasa
malu karena keceplosan menggunakan bahasa jawa.
"Ak.. ehh.. Gue Muhammad Rohim, tapi gue biasa dipanggil Rio. Iya gue yang jemput lo."
"Ak.. ehh.. Gue Muhammad Rohim, tapi gue biasa dipanggil Rio. Iya gue yang jemput lo."
Ify membelakkan matanya sebelum
kemudian tertawa didepan Rohim ralat Rio maksudnya.
"Nama panggilan lo keren amat hahaha.. Tapi.. Okelah sesuai sama muka lo yang lumayan.."
"Nama panggilan lo keren amat hahaha.. Tapi.. Okelah sesuai sama muka lo yang lumayan.."
"Ganteng maksud lo?" Rio
menyela ucapan Ify dan tersenyum lebar, tangannya dengan cekatan menarik tas
yang dibawa Ify untuk dibawa kemotor bebek yang berada disebrang jalan.
"Eh eh.. Tas gue.!!"
teriak Ify mengejar Rio dari belakang. Ia menarik belakang kerah Rio kasar
sehingga Rio memberhentikan langkahnya dan melotot kesal kearah Ify.
"Lo mau pulang nggak?? Ora
gelem ya wis tek tinggal."
("Lo mau pulang nggak? Kalau nggak mau yasudah ditinggal.")
Rio menaruh tas Ify begitu saja diaspal jalan, sedangkan dirinya sudah siap menjalankan motor miliknya.
("Lo mau pulang nggak? Kalau nggak mau yasudah ditinggal.")
Rio menaruh tas Ify begitu saja diaspal jalan, sedangkan dirinya sudah siap menjalankan motor miliknya.
"Iya !! Gue mau pulang. Lo bisa
nggak sih nggak usah pake jawa lo itu." Dengan kesal Ify naik diaas motor
dengan tas yang ia berikan pada Rio.
"Baliiiikkkkk karo bocah
ayu..." ("Pulang bersama gadis cantik.")
***
Rio mengamati Ify dari kejauhan,
Gadis cantik itu tengah duduk lesehan didepan kelas XII IPS 4 dengan buku sosio
ditangannya.
"Orang kota memang cantik, eh tapi gue orang desa juga ganteng lah, pas gitu kalo disanding sama Ify yang kayak bule itu." gumam Rio, ia bersandar pada dinding tembok didepan tangga yang menghubungkan antar kelas.
"Orang kota memang cantik, eh tapi gue orang desa juga ganteng lah, pas gitu kalo disanding sama Ify yang kayak bule itu." gumam Rio, ia bersandar pada dinding tembok didepan tangga yang menghubungkan antar kelas.
"Bocah pindahan kae ayu yah
Him." ("Anak pindahan itu cantik yah Him.")
Rio melongo sebelum akhirnya
menengok kesamping dan menjerit kaget.
"Heh setaaan !! Menjauh, jangan deket-deket gue. Dasar cewe cabe-cabean." Rio mengayunkan tangannya untuk mengusir Nova, cewek cabe-cabean yang sudah terkenal di sekolah ini. Ia merasa geli karena wajah Nova yang tebal dengan dempul (re:bedak) terlalu dekat dengannya.
"Heh setaaan !! Menjauh, jangan deket-deket gue. Dasar cewe cabe-cabean." Rio mengayunkan tangannya untuk mengusir Nova, cewek cabe-cabean yang sudah terkenal di sekolah ini. Ia merasa geli karena wajah Nova yang tebal dengan dempul (re:bedak) terlalu dekat dengannya.
"Apasih Yo, gak usah sok
dramatisir gitu. Gue kan cuma bilang dia cantik, tapi masih cantikan gue
sih." Nova menjawab dengan muka sedikit manyun, Ia memeletkan lidahnya
sebelum akhirnya pergi darihadapan Rio.
"Nah apasusahnya pergi sih, gue
kan mau ngayal bidadari." gerutu Rio, ia kembali mengrahkan wajahnya untuk
melihat bidadari yang sudah seminggu ini menguasai hati dan pikirannya itu,
namun setelah mengucek matanya berkali-kali ternyata Ify sudah tidak berada
ditempatnya. (nahkan dikira Ify apaan)
"Siaallll..."
***
***
Sebulan sudah Rio memendam perasaan
yang ia punya untuk Ify, lagi-lagi ia belum mempunyai tekad yang utuh untuk
mendekati bidadari yang sudah memakan sebagian hati miliknya .-.
Dan hari ini ia bertekad untuk mendapatkan apa yang ia mau dan mengungkapkan apa yang ia rasa.
Dan hari ini ia bertekad untuk mendapatkan apa yang ia mau dan mengungkapkan apa yang ia rasa.
"Fy, lo mau keliling Brebes
nggak?" tanya Rio menghampiri Ify yang tengah duduk dibelakang rumah
dengan hamparan sawah didepannya.
"Apa Him gue nggak denger,
anginnya kenceng." jawab Ify tanpa mau menengok kearah Rio, matanya masih
asik mengamati pemandangan desa yang jarang ia temui dikota.
Rio yang berdiri didepan pintu hanya
menepuk dahinya pelan, kemudian Rio berjalan mendekati Ify.
"Lo mau keliling Brebes nggak
Ify cantik.."
Plaaaakkkkk
Ify menampar Rio yang dengan
seenaknya menyentuh pundak dan berbisik ditelinganya.
"Gak usah deket-deket juga kali ngomongnya." sewot Ify, ia mengangkat tangannya didepan dada dan tersenyum puas melihat Rohim alias Rio meringis menahan sakit karena tamparannya.
"Gak usah deket-deket juga kali ngomongnya." sewot Ify, ia mengangkat tangannya didepan dada dan tersenyum puas melihat Rohim alias Rio meringis menahan sakit karena tamparannya.
"Gak usah nampar juga kali Fy,
sakit tau.." Rio mengusap pipinya yang sudah kemerahan, lantas ia duduk
disamping Ify. Rio pengen deket-deket sama Ify.
"Sorry deh, lagian lo kayak gitu sih kan bukan muhrim." Ify menjawab dan sedikit memegang pipi Rio yang hitam namun merah(?) dan juga anget-bekas tamparannya-
"Sorry deh, lagian lo kayak gitu sih kan bukan muhrim." Ify menjawab dan sedikit memegang pipi Rio yang hitam namun merah(?) dan juga anget-bekas tamparannya-
"Katanya bukan muhrim, tapi kok
ngusap pipi gue tulus banget." Rio menggoda Ify senang, tangannya ia
ulurkan untuk menepuk kepala Ify yang tengah menunduk malu.
"RIOoooo... Apaaan sih."
jerit Ify menolak perlakuan Rio, ia mengamankan kepalanya agar tidak terjamah
dari tangan nakal Rio.
"Hahahaha.... mau nggak?"
Rio menaik turunkan alisnya dan memandang Ify penuh minat. Ify jauh lebih cantik
kalo dipandang dari dekat. Kalo wanita lainkan kayak Gunung. (re:Dari jauh
terliha cantik dan indah, tapi kalo dideketin tidak semulus dan tidak secantik
dari jauh)
Ify termenung sebelum akhirnya mengangguk setuju dengan senyum sumringah dibibirnya. Udah lama kali ia pengen ngerasain telur asin Brebes hahaha
Ify termenung sebelum akhirnya mengangguk setuju dengan senyum sumringah dibibirnya. Udah lama kali ia pengen ngerasain telur asin Brebes hahaha
Rio melongo melihat Ify tersenyum,
senyum ala bidadari membuat Rio luluh lantah. Dengan tak berdosanya, Rio
memegang kepala Ify dan mencium pelipisnya.
"Ngegemesin banget sih senyumnyaa.." Rio teratawa dan berlari menjauhi Ify karena ia yakin Ify akan menjerit karena ulahnya.
"Ngegemesin banget sih senyumnyaa.." Rio teratawa dan berlari menjauhi Ify karena ia yakin Ify akan menjerit karena ulahnya.
"RIOOOOOOO.."
Nahkan jeritan bidadari sama
nyereminnya kayak jeritan cewek cabe-cabean. Haha
***
Minggu ini Rio mengajak Ify ke Argo wisata kaligua, wisata ini menarik karena menawarkan berbagai keindahan mulai dari hamparan tanaman teh yang amat sangat luas, ditambah ada satu bukit tanaman teh tetapi ditengahnya terbelah oleh air terjun yang tingginya kira-kira 10m, selain itu juga terdapat gua jepang dan sumber air abadi yang konon katanya jika kita membasuh wajah dengan air tersebut maka kita akan tetap abadi (gak tua-tua)
***
Minggu ini Rio mengajak Ify ke Argo wisata kaligua, wisata ini menarik karena menawarkan berbagai keindahan mulai dari hamparan tanaman teh yang amat sangat luas, ditambah ada satu bukit tanaman teh tetapi ditengahnya terbelah oleh air terjun yang tingginya kira-kira 10m, selain itu juga terdapat gua jepang dan sumber air abadi yang konon katanya jika kita membasuh wajah dengan air tersebut maka kita akan tetap abadi (gak tua-tua)
"Rohh.. eh Yoo sunmpah ini
indah banget, dikota nggak ada loh yang kayak gini." gunam Ify, tangannya
ia rentankan untuk menghirup udara segar daerah pegunungan.walaupun terkesan
dingin tapi tetep sejuk kok.
"Iyalah dikota kan cuma ada
mobil berceceran dijalan." gerutu Rio pelan. Ia menggandeng tangan Ify
untuk lebih masuk kedalam.
"Issshhh, apa-apaan sih
lo." Ify manyun mendengar penuturan Rio, tapi langkahnya terus mengikuti
Rio menuju kesubuah gubuk.
"Masuk nggak Fy? mumpung masih
sepi nih." tawar Rio, ia melirik sekilas kearah Ify yang tengah
menyibakkan rambutnya kebelakang.
"Ora salah nyong seneng karo ko Fy, bidadari men." (Nggak salah gue suka lo Fy, bidadari banget.")
"Ora salah nyong seneng karo ko Fy, bidadari men." (Nggak salah gue suka lo Fy, bidadari banget.")
"Ini gua Yo, gue kira
gubuk.." Ify menoleh kearah Rio dan melongo melihat Rio yang hanya diam.
Dengan kesal Ify mencubit pipi hitam Rio dan melotot kesal.
"aaawwwwwww.. lara rah
Fy." (awwwwwwww.. sakit tau Fy.") Rio meringis sambil mengusap
pipinya yang merah karena cubitan Ify.
"Udah ahh gue sebel sama
lo." Ify meninggalkan Rio didepan pintu masuk Gua Jepang.
Rio menatap Ify tak percaya yang
sudah masuk kedalam Gua.
"Ehh Fy, tunggu itu guanya serem Fy, masih sepi juga." Rio masuk juga kedalam gua tersebut untuk mengejar Ify.
"Ehh Fy, tunggu itu guanya serem Fy, masih sepi juga." Rio masuk juga kedalam gua tersebut untuk mengejar Ify.
Ify melangkahkan kakinya sesuka
hati, ia kesal dengan Rohim alias Rio, apasih yang dilihat Rio sampe diem gitu,
masa iya Rio ngeliatin tukang sapu yang bodynya bahenol itu sih.
"Ehhh kok gelap sih." Ify mulai panik ketika gua yang ia masuki cahayanya mulai remang-remang ditambah bau nyinyir (amis) mulai tercium diindra penciumannya. Dengan tak sabar Ify mengambil ponsel dari saku dan menyalakan untuk memberi sedikit penerangan.
"Ehhh kok gelap sih." Ify mulai panik ketika gua yang ia masuki cahayanya mulai remang-remang ditambah bau nyinyir (amis) mulai tercium diindra penciumannya. Dengan tak sabar Ify mengambil ponsel dari saku dan menyalakan untuk memberi sedikit penerangan.
"Aaaaaaaaaaaa ROHIMMM
!!!!!"
Rio berjalan cepat ketika mendengar
teriakan Ify, walaupun jalan yang ia lewati gelap dan sedikit becek tapi itu
tak membuat Rio patah semangat.
"Bulee bidadari lo
dimana?" Rio mencoba mencari Ify, mulai dari tempat tahanan, gudang
senjata sampai tempat ritualpun ia datangi tapi Ify tak ada. (Fyi gua jepang
ini dulunya tempat orang jepang menyiksa orang-orang Indonesia, jadi didalamnya
terdapat kayak kamar-kamar tapi lembab kayak gua biasanya *lah)
Ify berjongkok didepan ruang
pembantaian, suasa gelap dan lembab membuat bulu kuduk Ify merinding, air
matanya sudah meleleh seperti coklat yang membasi pipi mulusnya.
"Aaaaaaaaa jangan bantai gue,
gue mohon gue gadis kota yang nggak tau apa-apa." teriak Ify heboh ketika
ada yang memegang bahunya.
"Ify, ini gue Rio. Apasih lo
sok sih masuk kesini sendiri." Rio membantu Ify berdiri, dirasakan tangan
Ify yang sudah dingin dan terlihat wajah Ify sedikit pucat.
"Gue takut Yo, keluar sekarang
pokoknya." Ify menangis seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Ponsel
yang masih menyala ditangannya ia arahkan kewajah Rio, membuat Rio melengos
karena silau.
"Lo ditempat gelap gini ganteng yah Yo." celetuk Ify dengan suara seraknya-khas orang menangis- ketika Rio memapahnya keluar Gua.
"Lo ditempat gelap gini ganteng yah Yo." celetuk Ify dengan suara seraknya-khas orang menangis- ketika Rio memapahnya keluar Gua.
"Apa jere ko Fy." (Terserah
lo Fy.")
Rio merangkul pinggang Ify, sedangkan tangan Ify melingkar dipundaknya.
Rio merangkul pinggang Ify, sedangkan tangan Ify melingkar dipundaknya.
"Yo itu ruangan apa? kok beda
sendiri sih." tanya Ify ketika melihat ruangan yang sudah diberi keramik
lantai berwarna biru tapi sekelilingnya berwarna putih.
"Oh itu ruang semedi." Rio
menjawab singkat, diliriknya Ify sekilas dan tersenyum melihat wajah bingung
Ify seperti dewi kayangan yang bingung kehilangan slendangnya. HAHA
"Kayak ruang ritual gitu deh
Fy, nah kalo ruang itu, ruang pembunuhan, kan gelap tuh tapi nanti tembus
sampai ruang pembantaian yang lo nangis itu." Rio menjelaskan pada Ify.
Ify mengikuti arah jari telunjuk Rio
dan merinding karena tempatnya memang bener-bener gelap tanpa ada cahanya
sedikitpun.
"Itu nggak dikasih lampu biar keliatan serem ya Yo." Ify mendongak untuk melihat wajah Rio, memang tinggi badan dirinya dan Rio tidak sama.
"Itu nggak dikasih lampu biar keliatan serem ya Yo." Ify mendongak untuk melihat wajah Rio, memang tinggi badan dirinya dan Rio tidak sama.
"Pinter.." gumam Rio dan
menyentil hidung Ify, membuat Ify lagi-lagi merengut sebal sedang dirinya
tertawa senang.
***
***
Ify tertawa setan ketika dirinya
mendorong Rio dari batu yang ia pijak sekarang, membuat Rio basah oleh air yang
mengalir dari sumber mata air gunung slamet.
"Lo nakal Ify, lo harus gue
hukum." Rio menarik tangan Ify kasar, dengan sekali hentakan Ify sudah
basah.
"Dingiiin Yo sumpah dingin
banget.." Ify berjingkak dan naik kembali kebatu besar yang ada
dipinggiran kali buatan. Mereka sekarang berada di tempat air abadi.
"Tapi seger kan iya kan."
Rio menyiprati Ify dengan air jernih yang mengalir membuat Ify manyun sebelum
akhirnya tertawa karena dapat membalasnya.
Setengah jam kemudian mereka
memutuskan mengganti pakaian masing-masing karena basah kuyup.
"Kita pulang Yo.?" Ify bertanya ketika mereka sudah berganti pakaian dan sekarang mereka tengah berjalan ditaman mini dengan air jernih yang mengalir dibawahnya.
"Nggak ada sampah sama sekali yah Yo." lanjut Ify ketika menengok kebawah, melihat aliran kali kecil yang dipinggirannya terdapat pohon rindang sebagai pembatas.
"Kita pulang Yo.?" Ify bertanya ketika mereka sudah berganti pakaian dan sekarang mereka tengah berjalan ditaman mini dengan air jernih yang mengalir dibawahnya.
"Nggak ada sampah sama sekali yah Yo." lanjut Ify ketika menengok kebawah, melihat aliran kali kecil yang dipinggirannya terdapat pohon rindang sebagai pembatas.
"Kita ketempat karaoke
Yuk." tanpa menggubris omongan Ify, Rio langsung menarik tangan Ify menuju
tempat karaoke yang berada ditengah-tengah kolam bermain anak.
"Sederhana tapi nyaman."
gumam Ify setelah sampai ditempat karaoke. Ia mempererat jaket yang ia gunakan
ketika hawa dingin mulai merasuk ketulang belukang(?)nya.
"Nih gue pesenin mendoan tempe
sama teh poci anget." Rio datang membawa sepiring penuh mendoan hangat
dengan ditaburi cabai rawit diatasnya, ditambah teh yang masih mengepul asapnya
kini tersanding didepannya.
"Enak Yo, buat angetin
badan." Ify memakan kembali mendoan tempe yang Rio pesan, sedang Rio hanya
tertawa pelan. Rio senang melihat orang yang ia cintai bahagia ketika bersama
dirinya bukan orang lain.
"Lo tunggu sini Fy, gue kesana
sebentar." pamit Rio, tanpa mau peduli(lagi) dengan jawaban Ify.
"Lo mah ngilang mulu."
gerutu Ify jengkel, dengan kesal ia menarik piring yang ada didepannya dan
rakus memasukan mendoan kedalam mulut manisnya.
Tiba-tiba Ify mendengar lantunan
suara selembut tepung mendoan masuk keindra pendengarannya. Ia kaget ketika
matanya lurus melihat Rio tengah bernyanyi Kasih Putih dengan memangku gitar.
Ify hanya terdiam menikmati suara Rio, ada sesuatu yang bergelora dalam dadanya
entah itu apa yang jelas ia suka itu.
Ify menepuk tangannya keras ketika Rio sudah selesai bernyanyi. Ia ingin mendekat kearah Rio untuk memberi pujian tetapi Rio melarangnya.
"Gue mohon lo tetap disitu. Jangan bergerak dan dengerin gue ngomong." suara Rio terdengar dari speaker membuat Ify kembali duduk ditempat semula.
Ify menepuk tangannya keras ketika Rio sudah selesai bernyanyi. Ia ingin mendekat kearah Rio untuk memberi pujian tetapi Rio melarangnya.
"Gue mohon lo tetap disitu. Jangan bergerak dan dengerin gue ngomong." suara Rio terdengar dari speaker membuat Ify kembali duduk ditempat semula.
"Keindahan memang identik
dengan kesempurnaan,dan gue tahu kesempurnaan hanya milik Tuhan semata, tapi
ternyata gue salah, setelah melihat lo Ify. Lo indah lo sempurna, gue heran
mungkin Tuhan mau berbagi keindahannya untuk lo. Dan dengan segenap hati gue
mau minta lo buat jadi pacar gue."
"Stooop !! Gue nggak mau lo
nolak gue, karena gue tahu lo pun juga punya perasaan sama kayak gue kan."
lanjut Rio ketika melihat Ify yang mau melayangkan proses. Dengan perlahan Rio
memetik bunga dalam pot yang tak jauh dari tempat ia duduk tadi.
Ify melengos melihat Rio yang
berlutut dihadapannya, tangannya ia angkat didepan dada.
"Ora modal ko Yo.." (nggak modal kamu Yo.") ujar Ify pelan, membuat Rio tertawa karena omongan ngapaknya nular ke Ify-,-
"Ora modal ko Yo.." (nggak modal kamu Yo.") ujar Ify pelan, membuat Rio tertawa karena omongan ngapaknya nular ke Ify-,-
"Terimalah bunga pot ini
sebagai tanda aku menyukai mu Ify." Dengan masih berjongkok Rio
mengulurkan bunganya didepan Ify.
Ify mengambil bunga dari Rio dan
membantu Rio berdiri, ia merasa risih karena menjadi tontonan pengunjung yang
mulai ramai.
"Gue bakal bilang cinta juga sama lo setelah lo beliin gue telor asin dari tempatnya langsung." jawab Ify kemudian tersenyum didepan Rio. Dengan sedikit berjinjit Ify mencium kening Rio.
"Gue bakal bilang cinta juga sama lo setelah lo beliin gue telor asin dari tempatnya langsung." jawab Ify kemudian tersenyum didepan Rio. Dengan sedikit berjinjit Ify mencium kening Rio.
"Bukan muhrim Ify, kenapa lo
nyosor mulu sih." ucap Rio membuat Ify mendorong tubuh tegak Rio.
"Udah ahh gue pengen makan
telor asin sekarang."Ify melangkah pergi darihadapan Rio, menutupi rasa
malunya karena melakukan hal aneh seperti tadi.
Rio hanya geleng-geleng kepala
melihat Ify seperti itu, dengan senyum yang masih terukir dari bibirnya ia
mengambil tas Ify diatas meja dan berjalan mengikuti Ify.
"Harapan gue dalam hubungan ini
cuma satu, jangan pernah tinggalin gue dengan luka yang harus gue obati
sendiri, karena itu menyakitkan." -Arkhaeta Khanify-
Anindya Khurul @_khurul RFM Brebes
*** SELESAI ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar