Jumat, 07 November 2014

ROZA ANGGRAINI @RozaAnggraini [RFM PADANG]



Long Distance Relationship


Hanya keheningan yang menemaniku dan dia di taman ini. Sejak satu jam yang lalu, kami sampai di sini. Taman yang menjadi saksi bisu awal dimulainya cerita cintaku dan pemuda disampingku. Kulirik ia kembali. Namun, yang kudapati tetaplah keraguan yang tergambar di wajahnya.
“fy…” panggilnya pelan. Kuarahkan pandanganku ke manik matanya yang sedari tadi tergambar keraguan
“ya kak?”
                Kulihat pemuda di sampingku ini menarik dan mengeluarkan napasnya secara berulang-ulang. Melihat raut wajahnya, entah kenapa hatiku menjdi tak karuan.
“besok pagi kakak akan kembali ke Jakarta”
“APAA???!”
“yaa, kakak akan kembali ke Jakarta”
“tapii.. kenapa kakak tidak bilang dari jauh hari?”
“kakak bilang jauh haripun, kamu pasti tak akan siap kan?, kakak cuma nggak mau kamu jadi kepikiran. Maafin kakak ya.”
                Lidahku kelu tak mampu berkata. Aku terlalu shock mendengar pernyataannya. Selama hubungan kami berjalan, aku benar-benar melupakan hal penting yang satu ini. Kak Rio, lelaki disampingku pasti akan kembali lagi ke kota asalnya, Jakarta.
“lalu, hubungan kita?” akhirnya pertanyaan itulah yang keluar dari mulutku
“kakak serahin keputusan sama kamu”
“apapun keputusanku , kakak akan menerimanya?” kulihat ia menganggukkan kepalanya untuk member jawaban atas pertanyaanku
“kalau kakak menginginkan hubungan ini gimana?”
“kenapa bertanya lagi?, kan sudah kakak bilang kalau semua keputusan ada di tangan kamu”
“hmm, baiklah. Kalau aku menginginkan kita selesai gimana?”
“kalau itu membuat kamu nyaman, kakak bisa apa?” jawabnya datar. Jawabannya membuat emosiku tersulut. Segampang itu ia menyetujuinya. Oh God!!!!! Aku jadi meragukan perasaannya terhadapku. Memikirkan itu membuat air mata mengalir deras di kedua pipiku.
                Ia memegang kedua pipiku dan menghapus air mata yang terus mengalir “kenapa menangis?” Tanya dengan suara lembut miliknya. Mendengar pertanyaan itu membuat air matku semakin deras turun.
“fy, kenapa nangis?” ia kembali bertanya dengan raut bingung terpatri di wajahnya
“kenapa kakak segampang itu mengiyakan jika aku meminta putus? Kakak udah gak cinta lagi sama aku?”
“bukan begitu sayang. kalau cinta kakak kepadamu jangan pernah kamu meragukannya. Kakak Cuma tak mau kamu tersiksa jika hubungan kita tetap berlanjut”
“kak Rio pikir dengan kita putus aku tidak akan menderita? Kakak tau, tak pernah sekalipun dalam batin dan pikiranku terlintas kata putus” kutarik napas dalam dan kupejamkan mataku sejenak. Kulihat kak Rio hanya diam menunggu jawabanku
“ perlu kakak ketahui, sekalipun kita harus LDR aku nggak papa. Asalkan kakak jangan meminta untuk megakhiri hubungan ini. Aku gak bisa kak, aku gak bisa!” tangisanku semakin deras. Kak Rio menarikku ke dalam pelukannya. Kulingkarkan tangan mungilku ketubuh kokohya. Kupeluk ia seerat mungkin, seakan tak ingin melepasnya lagi
“maafkan kakak membuatmu menangis. Kakak hanya ingin semua yang terbaik buatmu. Aku tak mau kamu tersiksa jika kita LDR” ia menghela napas berat “tapi, jika kamu menginginkan itu kakak malah bersyukur. Perlu kamu ketahui, sebenarnya kakak tak ingin jauh dari kamu. Tapi dari awal kita sudah tau bukan, bahwa memang aka nada saatnya kita buat berpisah. Dan inilah saatnya. Kakak janji akan sering menghubungi kamu”
“kakak janji?” tanyaku sembari menjauhkan diri darinya. Kutatap matanya untuk mencari keseriusan disana “iya, kakak janji” ujarnya tegas. Seketika hatiku terasa lega
“sekarang hapus air mata ify, dan kita akan habiskan hari ini hanya berdua” kuhapus air mataku dan tersenyum kepadanya. Dengan semangat menggebu aku menarik tangannya keluar dari taman ini.
“kamu mau kemana?” tanyanya saat tiba di mobil kak Rio. Kuberfikir sejenak kemana tujuan kami selanjutnya. Kulirik jam tanganku, seketika aku mendapatkan pencerahan “Pantai Air Manis!!” seruku dengan semangat empat lima.
                Tak lama kemudian, mobil kak Rio mulai berjalan menyusuri jalan kota Padang. Pantai Air Manis merupakan salah satu tujuan wisata di kota Padang. Pantai ini terkenal dengan legenda “malin kundang”.
                Hari itu benar-benar hanya kami habiskan berdua di pantai itu. Orang yang disekeliling kami, tak kami abaikan. Perpisahan yang didepan mata, seketika terlupakan. Hanya kebahagiaan yang menemani kami sore ituu


                Sang fajar masih terlihat diatas sana. Subuh begini aku telah rapi dengan celana jeans panjang dan kaos berlengan panjang berwarna biru. Ramput ikalku kuikat ekor kuda. Kulangkahkan kakiku keluar rumah dan menuju halaman rumah. Kunaiki motor matic milikku dan mengendarainya denga kecepatan sedang. Tiga puluh menit kemudian, sampailah aku di BIM (Bandara Internasional Minangkau). Pagi ini kak Rio akan berangkat ke Jakarta. Masa prakteknya disini telah selesai. Sedikit cerita tentangnya, ia adalah salah satu siswa SMK di Jakarta dengan jurusan bangunan. Ia berada disini untuk praktek lapangan, tepatnya di PT. Nindya Karya.
                Kulihat kak Rio di kursi tunggu menunggu keberangkatannya, tepatnya jam enam pagi ini. Kurang dari lima belas menit lagi ia akan meninggalkanku ke Jakarta. Rela? Jawabannya pasti tidak. Namun aku bisa apa? Menahannya di sini? Itu terlalu egois. Ia mempunyai kewajiban di sana.
“pagi kak” sapaku dengan memaksakan sebuah senyuman untuknya. Sebenarnya hati ini sangat sedih ditinggalkannya. Namu lagi-lagi alasanku sama.
“kamu keras kepala banget ya. Kan sudah kakak bilang terlalu bahaya gadis seperti kamu mengendarai motor sepagi ini”
“tapi aku ingin melihat kakak sebelum pergi.”
“kamu jaga diri baik-baik ya di sini. Kakak janji akan sering menghubungi kamu. Kakak juga minta kepercayaan kamu selama kakak di sana. Percayalah kakak hanya cinta sama kamu. Apapun nanti yng terjadi, hanya kamu yang ada di hati kakak. Jangan pernah sekalipun meragukan cinta kakak. Kakak sayang banget sama ify. Jangan pernah lelah menunggu kakak ya.” Aku menagis haru medengar perkataannya.
“ify juga janji kak”


                bulan pertama hubunganku dengan kak Rio berjalan lancer seperti biasa walaupun kita telah terpisah jarak.  Ia akan menyempatkan untuk menelponku sehari sekali dan mengirimi pesan untuk mengingatkanku makan. Aku tak merasa bahwa aku dan dia dalam masa long distance relationship.
                Namun kini sudah hampir enam bulan ia tak pernah lagi menghubungiku. Aku selalu bertanya-tanya kenapa ia tak pernah lagi menghubungiku. Pernah beberapa kali kustalker akun social medianya, namun tak ada lagi yang aktif. Nomor hpnya pun tak lagi aktif.
                Hari ini tepat tanggal 24 Oktober satu tahun sudah berjalan hubungan kami, walaupun empat bulan ini tak ada lagi kabarnya. Aku mencoba untuk berpikir positif. Mungkin ia sedang sibuk mempersiapkan diri buat Ujian Nasional. Ya, ia pasti sibuk. Itutah yang selalu kukatakan untk menghibur  hatiku.

                Ini sudah tahun keempat ia meninggalkanku. Dan selama ini pulalah aku terus menunggunya. Aku baru tersadar bahwa kata yang diucapkannya terakhir kita bertemu di Bandara mengandung makna tersirat. “jangan pernah lelah menunggu kakak ya”
                Air mata membasahi pipiku. Empat tahun lamanya terjalin hubungan ini dengan enam bulan kebersamaan. Walaupun lebih banyak menunggu, tak sekalipun terbesit di hatiku untuk move on darinya. Aku yakin suatu saat nanti takdir akan kembali mempertemukan aku dan dia. Itulah pemikiran logikaku. Namu hatiku tak pernah mengerti. Selalu saja menuntut ka Rio untuk berada disisiku. Sebenarnya tak ada salahnya dengan permintaan hatiku. Tiga tahun lebih tak bertemu tetu saja rasa rindu sangat membuncah.
“hoyy fy!! Ngelamun aja lo. Kesambet tau rasa loh” salah satu teman kampusku mengangetkanku dan membuyarkan lamunanku tentang kabarnya kak Rio. Aku mendelik kesal padanya yang dibales cengiran tanpa dosa miliknya “abisnya dari tadi kusorakin lo nggak nyaut” ujar annisa kesal. Annisa adalah teman satu fakultasku. Ya, kini aku telah menjadi mahasisiwi begitu juga dengan kak Rio, karena aku hanya terpaut satu tahun darinya.
“sorry, gue gak dengar” balasku enteng
“emang lo lagi ngelamunin apa sih? Segitu amat!”
“biasa”
“kak Rio kak Rio itu lagi?” aku hanya mengangguk sebagai jawaban. “seganteng apasih kak Rio lo itu sampai empat tahun lo stuck di dia. Padahal dia nggak pernah ngasih lo kabar. Ckck”
“Ia memang tak terlalu ganteng. Tapi ia punya daya tarik sendiri. Gue terlalu cinta sama dia, sampai tak perbah bisa move ke cowok lain. Gue akan tetap menunggu sampai nanti ia kembali buat jemput gue” aku tersenyum menjawab pertanyaan annisa.
“kenapa lo nggak lanjut kuliah di Jakarta aja?”
“ Sebenarnya itu memang keinginan gue. Tapi mama dan papa nggak ngizinin. Lo tau kan kalau gue anak tunggal. Mama papa nggak mau gue jauh dari dia”
“salut gue sama lo fy. Hampir empat tahun digantungin lo tetap tabah. Kalau gue mah udah cari yang lain itu mah. Kayak gak ada cowok laen aja”
“lo tau hubungan gue sama kak Rio ini banyak memberikan pelajaran buat gue. LDR mengajari ketulusan mencintai seseorang, kesetiaan akan penantian yang entah sampai kapan berakhirnya, bagaimana kesabaran gue dengan kak Rio yang tak pernah member kabar lagi” tanpa kuinginkan air mataku menetes begitu saja.
                Annisa menghampiriku dan mencoba untuk menghiburku walaupun sebenarnya percuma. Kubalas memeluk Annisa dan menangis berharap tangisan itu dapat mengurangi sesak yang kurasa.
“gue harap kak Rio secepatnya menemui lo. Setidaknya ia menghubungi lo untuk memberi kepastian. Lo yang sabar ya. Penantian lo akan membuahkan hasil di hari nanti” aku mengangguk setuju dengan perkataan Annisa

                Setelah sekian lama tak menginjakkan kaki di Taman ini, Taman Melati tempat dimana dimulainya hubunganku dengan kak Rio, akhirnya aku kembali menginjakkan kaki di sini. Ternyata banyak juga yang berubah dari taman ini. Tamannya semakin bersih dan fasilitasnya sudah mulai lengkap. Banyak bangku di bawah pohon terlihat. Kulangkahkan kakiku kesubuah bangku dibawah pohon rindang. Kududuk dibangku itu dan meletakkan sebuah cake yang telah kupesan jauh hari. Kunyalakan lilin dengan angka empat dan lili hiasan disekeliling cake tersebut.
“happy anniv for us, happy anniv for us, happy anniv happy anniv happy anniv for us” kutiup lilin sampai semuanya padam dan tak terasa air mataku mengalir seiring dengan padamnya lilin-lilin tersebut. “Happy Anniv buat kita kak Rio. Ini sudah empat tahun loh. Ify kangen kakak. Kakak keman aja nggak bisa dihubungi”
“kenapa kakak ingkar janji? Kakak ingat kan janji kakak yang akan sering menghubungiku? Tapi kenapa kakak ingkar?” aku tersu saja bertanya yang aku tau itu semua akn percuma
“ify kangen kak rio…” lirihku diiringi derasnya air mata membanjiri pipiku
“kakak kapan jemput ify? Apakah kakak terlalu sibuk sampai-sampai menemui ify sekali saja tak pernah? Setidaknya kakak menghubungi ify”
“ify janji akan tetap menunggu sampai kakak kembali disini untuk menjemput ify. “
“ify sayang ka Rio….”
                Walaupun tanpa kepastian aku aka tetap menunggu ka Rio. Aku sangat yakin ia akan kembali lagi untukku. Empat tahun belum terlalu lama bukan? Bahkan ada yang sampai enam tahun menunggu dan akhirnya bahagia. Aku berharap aku dan kak Rio juga akan seperti itu nanti. Aku yakin cinta kak rio hanya untuk aku. Aku percaya pada kak Rio dan kuharap kak Rio juga begitu terhadapku.
                aku memegang gitar yang sedari tadi  kusandarkan dibatang pohon dekat  kududuk. Kumulai memainkan intro lagu yang sering kudengar dan sesuai isi hatiku. Kuharap burung-berung yang terbang diangkasa sana menyampaikan lagu ini yang memang inginku nyanyikan buat orang yang di pulau sebelah. Orang yang sangat kucintai dann kurindukan. Fario Alexander Wijaya. Kupejamkan mataku dan menghayti lagu yang kunyanyikan
Ku teringat dalam lamunan
Rasa sentuhan jemari tanganmu
Ku teringat walau telah pudar
Suara tawamu, sungguh ku rindu

Tanpamu langit tak berbintang
Tanpamu hampa yang ku rasa

Seandainya jarak tiada berarti
Akan ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja
Seandainya sang waktu dapat mengerti
Takkan ada rindu yang terus mengganggu
Kau akan kembali bersamaku

Ku teringat walau telah pudar
Suara tawamu, sungguh ku rindu

Tanpamu langit tak berbintang
Tanpamu hampa yang ku rasa

Seandainya jarak tiada berarti
Akan ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja
Seandainya sang waktu dapat mengerti
Takkan ada rindu yang terus mengganggu
Kau akan kembali bersamaku

Terbit dan tenggelamnya matahari
Membawamu lebih dekat

Denganmu langitku berbintang
Denganmu sempurna ku rasa

Seandainya jarak tiada berartiAkan ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja
Seandainya sang waktu dapat mengerti
Takkan ada rindu yang terus mengganggu
Kau akan kembali bersamaku
(seandainya jarak tiada berarti)
Akan ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saj
aSeandainya sang waktu dapat mengerti
Takkan ada rindu yang terus mengganggu
Kau akan kembali bersamaku

THE END~

Inilah sedikit ceritaku. Ini perdana loh hehehe..
Harap dimaklumi jika kacau dan jelek
Yeaayyyy ini khusus buat  #RFM4EST

Roza Anggraini
@RozaAnggraini
RFM PADANG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar