Long Distance Relationship
Hanya keheningan yang menemaniku
dan dia di taman ini. Sejak satu jam yang lalu, kami sampai di sini. Taman yang
menjadi saksi bisu awal dimulainya cerita cintaku dan pemuda disampingku.
Kulirik ia kembali. Namun, yang kudapati tetaplah keraguan yang tergambar di
wajahnya.
“fy…” panggilnya pelan. Kuarahkan pandanganku ke manik
matanya yang sedari tadi tergambar keraguan
“ya kak?”
Kulihat
pemuda di sampingku ini menarik dan mengeluarkan napasnya secara
berulang-ulang. Melihat raut wajahnya, entah kenapa hatiku menjdi tak karuan.
“besok pagi kakak akan kembali ke Jakarta”
“APAA???!”
“yaa, kakak akan kembali ke Jakarta”
“tapii.. kenapa kakak tidak bilang dari jauh hari?”
“kakak bilang jauh haripun, kamu pasti tak akan siap kan?,
kakak cuma nggak mau kamu jadi kepikiran. Maafin kakak ya.”
Lidahku
kelu tak mampu berkata. Aku terlalu shock mendengar pernyataannya. Selama
hubungan kami berjalan, aku benar-benar melupakan hal penting yang satu ini.
Kak Rio, lelaki disampingku pasti akan kembali lagi ke kota asalnya, Jakarta.
“lalu, hubungan kita?” akhirnya pertanyaan itulah yang
keluar dari mulutku
“kakak serahin keputusan sama kamu”
“apapun keputusanku , kakak akan menerimanya?” kulihat ia
menganggukkan kepalanya untuk member jawaban atas pertanyaanku
“kalau kakak menginginkan hubungan ini gimana?”
“kenapa bertanya lagi?, kan sudah kakak bilang kalau semua
keputusan ada di tangan kamu”
“hmm, baiklah. Kalau aku menginginkan kita selesai gimana?”
“kalau itu membuat kamu nyaman, kakak bisa apa?” jawabnya
datar. Jawabannya membuat emosiku tersulut. Segampang itu ia menyetujuinya. Oh
God!!!!! Aku jadi meragukan perasaannya terhadapku. Memikirkan itu membuat air
mata mengalir deras di kedua pipiku.
Ia
memegang kedua pipiku dan menghapus air mata yang terus mengalir “kenapa
menangis?” Tanya dengan suara lembut miliknya. Mendengar pertanyaan itu membuat
air matku semakin deras turun.
“fy, kenapa nangis?” ia kembali bertanya dengan raut bingung
terpatri di wajahnya
“kenapa kakak segampang itu mengiyakan jika aku meminta
putus? Kakak udah gak cinta lagi sama aku?”
“bukan begitu sayang. kalau cinta kakak kepadamu jangan
pernah kamu meragukannya. Kakak Cuma tak mau kamu tersiksa jika hubungan kita
tetap berlanjut”
“kak Rio pikir dengan kita putus aku tidak akan menderita?
Kakak tau, tak pernah sekalipun dalam batin dan pikiranku terlintas kata putus”
kutarik napas dalam dan kupejamkan mataku sejenak. Kulihat kak Rio hanya diam
menunggu jawabanku
“ perlu kakak ketahui, sekalipun kita harus LDR aku nggak
papa. Asalkan kakak jangan meminta untuk megakhiri hubungan ini. Aku gak bisa
kak, aku gak bisa!” tangisanku semakin deras. Kak Rio menarikku ke dalam
pelukannya. Kulingkarkan tangan mungilku ketubuh kokohya. Kupeluk ia seerat
mungkin, seakan tak ingin melepasnya lagi
“maafkan kakak membuatmu menangis. Kakak hanya ingin semua
yang terbaik buatmu. Aku tak mau kamu tersiksa jika kita LDR” ia menghela napas
berat “tapi, jika kamu menginginkan itu kakak malah bersyukur. Perlu kamu
ketahui, sebenarnya kakak tak ingin jauh dari kamu. Tapi dari awal kita sudah
tau bukan, bahwa memang aka nada saatnya kita buat berpisah. Dan inilah
saatnya. Kakak janji akan sering menghubungi kamu”
“kakak janji?” tanyaku sembari menjauhkan diri darinya.
Kutatap matanya untuk mencari keseriusan disana “iya, kakak janji” ujarnya
tegas. Seketika hatiku terasa lega
“sekarang hapus air mata ify, dan kita akan habiskan hari
ini hanya berdua” kuhapus air mataku dan tersenyum kepadanya. Dengan semangat
menggebu aku menarik tangannya keluar dari taman ini.
“kamu mau kemana?” tanyanya saat tiba di mobil kak Rio.
Kuberfikir sejenak kemana tujuan kami selanjutnya. Kulirik jam tanganku,
seketika aku mendapatkan pencerahan “Pantai Air Manis!!” seruku dengan semangat
empat lima.
Tak
lama kemudian, mobil kak Rio mulai berjalan menyusuri jalan kota Padang. Pantai
Air Manis merupakan salah satu tujuan wisata di kota Padang. Pantai ini
terkenal dengan legenda “malin kundang”.
Hari
itu benar-benar hanya kami habiskan berdua di pantai itu. Orang yang
disekeliling kami, tak kami abaikan. Perpisahan yang didepan mata, seketika
terlupakan. Hanya kebahagiaan yang menemani kami sore ituu
Sang fajar masih terlihat diatas
sana. Subuh begini aku telah rapi dengan celana jeans panjang dan kaos
berlengan panjang berwarna biru. Ramput ikalku kuikat ekor kuda. Kulangkahkan
kakiku keluar rumah dan menuju halaman rumah. Kunaiki motor matic milikku dan
mengendarainya denga kecepatan sedang. Tiga puluh menit kemudian, sampailah aku
di BIM (Bandara Internasional Minangkau). Pagi ini kak Rio akan berangkat ke
Jakarta. Masa prakteknya disini telah selesai. Sedikit cerita tentangnya, ia
adalah salah satu siswa SMK di Jakarta dengan jurusan bangunan. Ia berada
disini untuk praktek lapangan, tepatnya di PT. Nindya Karya.
Kulihat
kak Rio di kursi tunggu menunggu keberangkatannya, tepatnya jam enam pagi ini.
Kurang dari lima belas menit lagi ia akan meninggalkanku ke Jakarta. Rela?
Jawabannya pasti tidak. Namun aku bisa apa? Menahannya di sini? Itu terlalu
egois. Ia mempunyai kewajiban di sana.
“pagi kak” sapaku dengan memaksakan sebuah senyuman
untuknya. Sebenarnya hati ini sangat sedih ditinggalkannya. Namu lagi-lagi
alasanku sama.
“kamu keras kepala banget ya. Kan sudah kakak bilang terlalu
bahaya gadis seperti kamu mengendarai motor sepagi ini”
“tapi aku ingin melihat kakak sebelum pergi.”
“kamu jaga diri baik-baik ya di sini. Kakak janji akan
sering menghubungi kamu. Kakak juga minta kepercayaan kamu selama kakak di
sana. Percayalah kakak hanya cinta sama kamu. Apapun nanti yng terjadi, hanya
kamu yang ada di hati kakak. Jangan pernah sekalipun meragukan cinta kakak.
Kakak sayang banget sama ify. Jangan pernah lelah menunggu kakak ya.” Aku
menagis haru medengar perkataannya.
“ify juga janji kak”
bulan pertama hubunganku dengan
kak Rio berjalan lancer seperti biasa walaupun kita telah terpisah jarak. Ia akan menyempatkan untuk menelponku sehari
sekali dan mengirimi pesan untuk mengingatkanku makan. Aku tak merasa bahwa aku
dan dia dalam masa long distance relationship.
Namun
kini sudah hampir enam bulan ia tak pernah lagi menghubungiku. Aku selalu
bertanya-tanya kenapa ia tak pernah lagi menghubungiku. Pernah beberapa kali
kustalker akun social medianya, namun tak ada lagi yang aktif. Nomor hpnya pun
tak lagi aktif.
Hari
ini tepat tanggal 24 Oktober satu tahun sudah berjalan hubungan kami, walaupun
empat bulan ini tak ada lagi kabarnya. Aku mencoba untuk berpikir positif.
Mungkin ia sedang sibuk mempersiapkan diri buat Ujian Nasional. Ya, ia pasti sibuk.
Itutah yang selalu kukatakan untk menghibur
hatiku.
Ini sudah
tahun keempat ia meninggalkanku. Dan selama ini pulalah aku terus menunggunya.
Aku baru tersadar bahwa kata yang diucapkannya terakhir kita bertemu di Bandara
mengandung makna tersirat. “jangan pernah
lelah menunggu kakak ya”
Air
mata membasahi pipiku. Empat tahun lamanya terjalin hubungan ini dengan enam
bulan kebersamaan. Walaupun lebih banyak menunggu, tak sekalipun terbesit di
hatiku untuk move on darinya. Aku yakin suatu saat nanti takdir akan kembali
mempertemukan aku dan dia. Itulah pemikiran logikaku. Namu hatiku tak pernah
mengerti. Selalu saja menuntut ka Rio untuk berada disisiku. Sebenarnya tak ada
salahnya dengan permintaan hatiku. Tiga tahun lebih tak bertemu tetu saja rasa
rindu sangat membuncah.
“hoyy fy!! Ngelamun aja lo. Kesambet tau rasa loh” salah
satu teman kampusku mengangetkanku dan membuyarkan lamunanku tentang kabarnya
kak Rio. Aku mendelik kesal padanya yang dibales cengiran tanpa dosa miliknya
“abisnya dari tadi kusorakin lo nggak nyaut” ujar annisa kesal. Annisa adalah
teman satu fakultasku. Ya, kini aku telah menjadi mahasisiwi begitu juga dengan
kak Rio, karena aku hanya terpaut satu tahun darinya.
“sorry, gue gak dengar” balasku enteng
“emang lo lagi ngelamunin apa sih? Segitu amat!”
“biasa”
“kak Rio kak Rio itu lagi?” aku hanya mengangguk sebagai
jawaban. “seganteng apasih kak Rio lo itu sampai empat tahun lo stuck di dia.
Padahal dia nggak pernah ngasih lo kabar. Ckck”
“Ia memang tak terlalu ganteng. Tapi ia punya daya tarik
sendiri. Gue terlalu cinta sama dia, sampai tak perbah bisa move ke cowok lain.
Gue akan tetap menunggu sampai nanti ia kembali buat jemput gue” aku tersenyum
menjawab pertanyaan annisa.
“kenapa lo nggak lanjut kuliah di Jakarta aja?”
“ Sebenarnya itu memang keinginan gue. Tapi mama dan papa
nggak ngizinin. Lo tau kan kalau gue anak tunggal. Mama papa nggak mau gue jauh
dari dia”
“salut gue sama lo fy. Hampir empat tahun digantungin lo
tetap tabah. Kalau gue mah udah cari yang lain itu mah. Kayak gak ada cowok
laen aja”
“lo tau hubungan gue sama kak Rio ini banyak memberikan
pelajaran buat gue. LDR mengajari ketulusan mencintai seseorang, kesetiaan akan
penantian yang entah sampai kapan berakhirnya, bagaimana kesabaran gue dengan kak
Rio yang tak pernah member kabar lagi” tanpa kuinginkan air mataku menetes
begitu saja.
Annisa
menghampiriku dan mencoba untuk menghiburku walaupun sebenarnya percuma.
Kubalas memeluk Annisa dan menangis berharap tangisan itu dapat mengurangi
sesak yang kurasa.
“gue harap kak Rio secepatnya menemui lo. Setidaknya ia
menghubungi lo untuk memberi kepastian. Lo yang sabar ya. Penantian lo akan
membuahkan hasil di hari nanti” aku mengangguk setuju dengan perkataan Annisa
Setelah sekian lama tak menginjakkan
kaki di Taman ini, Taman Melati tempat dimana dimulainya hubunganku dengan kak
Rio, akhirnya aku kembali menginjakkan kaki di sini. Ternyata banyak juga yang
berubah dari taman ini. Tamannya semakin bersih dan fasilitasnya sudah mulai
lengkap. Banyak bangku di bawah pohon terlihat. Kulangkahkan kakiku kesubuah
bangku dibawah pohon rindang. Kududuk dibangku itu dan meletakkan sebuah cake
yang telah kupesan jauh hari. Kunyalakan lilin dengan angka empat dan lili
hiasan disekeliling cake tersebut.
“happy anniv for us, happy anniv for us, happy anniv happy
anniv happy anniv for us” kutiup lilin sampai semuanya padam dan tak terasa air
mataku mengalir seiring dengan padamnya lilin-lilin tersebut. “Happy Anniv buat
kita kak Rio. Ini sudah empat tahun loh. Ify kangen kakak. Kakak keman aja
nggak bisa dihubungi”
“kenapa kakak ingkar janji? Kakak ingat kan janji kakak yang
akan sering menghubungiku? Tapi kenapa kakak ingkar?” aku tersu saja bertanya
yang aku tau itu semua akn percuma
“ify kangen kak rio…” lirihku diiringi derasnya air mata
membanjiri pipiku
“kakak kapan jemput ify? Apakah kakak terlalu sibuk
sampai-sampai menemui ify sekali saja tak pernah? Setidaknya kakak menghubungi
ify”
“ify janji akan tetap menunggu sampai kakak kembali disini
untuk menjemput ify. “
“ify sayang ka Rio….”
Walaupun tanpa kepastian aku aka
tetap menunggu ka Rio. Aku sangat yakin ia akan kembali lagi untukku. Empat
tahun belum terlalu lama bukan? Bahkan ada yang sampai enam tahun menunggu dan
akhirnya bahagia. Aku berharap aku dan kak Rio juga akan seperti itu nanti. Aku
yakin cinta kak rio hanya untuk aku. Aku percaya pada kak Rio dan kuharap kak
Rio juga begitu terhadapku.
aku
memegang gitar yang sedari tadi
kusandarkan dibatang pohon dekat
kududuk. Kumulai memainkan intro lagu yang sering kudengar dan sesuai
isi hatiku. Kuharap burung-berung yang terbang diangkasa sana menyampaikan lagu
ini yang memang inginku nyanyikan buat orang yang di pulau sebelah. Orang yang
sangat kucintai dann kurindukan. Fario Alexander Wijaya. Kupejamkan mataku dan
menghayti lagu yang kunyanyikan
Ku
teringat dalam lamunan
Rasa
sentuhan jemari tanganmu
Ku
teringat walau telah pudar
Suara
tawamu, sungguh ku rindu
Tanpamu
langit tak berbintang
Tanpamu
hampa yang ku rasa
Seandainya
jarak tiada berarti
Akan
ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja
Seandainya
sang waktu dapat mengerti
Takkan
ada rindu yang terus mengganggu
Kau
akan kembali bersamaku
Ku
teringat walau telah pudar
Suara
tawamu, sungguh ku rindu
Tanpamu
langit tak berbintang
Tanpamu
hampa yang ku rasa
Seandainya
jarak tiada berarti
Akan
ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja
Seandainya
sang waktu dapat mengerti
Takkan
ada rindu yang terus mengganggu
Kau
akan kembali bersamaku
Terbit
dan tenggelamnya matahari
Membawamu
lebih dekat
Denganmu
langitku berbintang
Denganmu
sempurna ku rasa
Seandainya
jarak tiada berartiAkan ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja
Seandainya
sang waktu dapat mengerti
Takkan
ada rindu yang terus mengganggu
Kau
akan kembali bersamaku
(seandainya jarak tiada berarti)
(seandainya jarak tiada berarti)
Akan
ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saj
aSeandainya
sang waktu dapat mengerti
Takkan
ada rindu yang terus mengganggu
Kau
akan kembali bersamaku
THE END~
Inilah sedikit ceritaku. Ini perdana loh hehehe..
Harap dimaklumi jika kacau dan jelek
Yeaayyyy ini khusus buat
#RFM4EST
Roza Anggraini
@RozaAnggraini
RFM PADANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar