Before
Sunset
“Huh, Trisil mana sih?” Gerutu seorang pemuda sambil
melirik jam tangannya yang kini sudah menunjukkan pukul 09.30. Sekitar setengah
jam yang lalu dia sudah berada di sini. Di Foodcourt KFC yang berada di daerah pinggir
laut namun lebih sering disebut “Daerah Kawasan” oleh orang-orang yang tinggal
di kota sini. Sambil sesekali mengambil
kentang goreng yang dipesan olehnya, ia memandang ke arah depan, menyaksikan
laut yang begitu tenang dan menikmati angin yang mulai menerpa wajahnya.
“Dorr” ucap seseorang tiba-tiba memegang kedua
pundak pemuda tersebut. Pemuda tersebut tersentak pelan kemudian membalikkan
badannya, menatap sang pelaku dengan ekspresi yang sulit di tebak.
“Jam berapa sekarang?” (Sekarang jam berapa?) ucap
pemuda itu langsung. Si Pelaku yang mengangetkannya tadi hanya tersenyum lebar
kemudian duduk di salah satu kursi yang tersedia dan mengambil kentang goreng
pemuda itu yang masih tersisa.
“iyo iyo, sorry, tadi macet skali kwa” (Iya iya,
maaf, tadi macet banget soalnya) ucap si Pelaku meminta maaf sambil mengambil
kembali kentang goreng milik pemuda itu.
“Huh, iyo dang, kong ada masalah apa soh kong
pagi-pagi so ba bbm pa qt?” (Huh, iya deh, trus emang ada masalah apa sampai
masih pagi trus udah bbm gue?) ucap pemuda itu lagi kemudian memandang sosok
perempuan yang berada dibelakang si Pelaku, baru sadar kalo si Pelaku tidak
datang sendirian.
Si pelaku mengikuti arah pandang si pemuda kemudian
menepuk jidatnya.
“Duduk Fy, duduk” ucap si pelaku. Orang yang disuruh
duduk hanya tersenyum kemudian menarik salah satu kursi dan mendudukinya.
Pemuda itu menatap sang pelaku tadi dengan tatapan seolah-olah minta
penjelasan.
“Bentar ya, Fy”ucap si pelaku yang langsung mendapat
anggukan kepala dari orang yang dipanggil “Fy”. Si pelaku kemudian berdiri dan
menarik si pemuda agak menjauh.
“Apa sih ahh”ucap pemuda itu setelah mereka sudah
berada agak jauh.
“Febrio Haling”panggil si pelaku dengan nada semanis
mungkin, membuat pemuda tadi atau biasa disapa Rio menelan ludah, tidak
biasanya dia dipanggil dengan nada semanis mungkin oleh temannya ini, pasti ada
sesuatu nih, pikirnya.
“ngana kan tape tamang yang paling bae, ganteng, nda
sombong, ra..” (lo kan teman gue yang paling baik, ganteng, gak sombong, ra..)
“nda usah bertele-tele ahh” (Gak usah basa basi,
deh) potong Rio langsung sebelum Trisil menyelesaikan kalimatnya. Trisil
kemudian tersenyum lebar, tidak salah dia ingin meminta tolong pada temannya
ini.
“so lia tu cewek tadi toh? Dia ta pe tamang jaoh,
tamang di dumay dang, da datang ba libur ka manado so 3 hari mar lantaran kita
sibuk sekali nda sempat antar jalan-jalan pa dia, kong sabantar sore dia somo
pulang mar kita sibuk sekali nih hari, ngana ba tamang akang kwa pa dia, neh? Please..”(Udah lihat cewek tadi kan? Dia
teman gue yang dari jauh, teman di dumay, datang lburan ke manado udah 3 hari
tapi karena gue sibuk banget gak sempat ajak dia buat jalan-jalan, trus sore
nanti dia udah mau pulang tapi gue sibuk banget hari ini, lo temenin dia
jalan-jalan ya? Please..) Mohon Trisil penuh harap, dia benar-benar gak enak
sama temannya.
“Hmm..”ucap Rio sambil menggaruk-garuk belakang
kepalanya yang sama sekali tidak gatal, dia benar-benar kaget sekaligus bingung
karena sama sekali gak pernah menjadi tour
guide.
“Sudajo dang kalo ngana nimau” (Yaudah deh kalo lo
gamau) ucap Trisil kemudian langsung pergi. Membuat Rio semakin tak enak.
Sebenarnya Rio dan Trisil adalah teman sekampus dari semester 1, pertemanannya
dengan Trisil sudah berlangsung 1 tahun dan semakin lama keduanya semakin dekat
sampai akhirnya Rio mulai merasakan debaran-debaran aneh ketika bersama
sahabatnya itu, dan akhirnya sebulan yang lalu Rio mengutarakan isi hatinya
namun ditolak oleh Trisil dengan alasan dia hanya menganggapnya teman atau
bahkan sahabat, gak lebih. Dan Riopun memaklumi hal itu. Sejak saat itu mereka lost contact sampai akhirnya tadi pagi
Trisil mengirimkan bbm kepadanya.
“Tunggu”ucap Rio menahan tangan Trisil ketika Trisil
hendak pergi. Membuat Trisil berbalik dan menatapnya dengan tatapan bingung.
“Masa ta pe tamang bae da kesusahan kong qt nda mo
bantu?” (Masa teman baik gue yang lagi kesusahan terus gue gak nolongin dia?)
ucap Rio sambil tersenyum. Mendengar itu Trisilpun ikut tersenyum.
“Maaf neh Yo..” (Maaf ya, Yo..)
“Udah udah, ta le kwa so ikhlas, selama torang dua
masih boleh ba tamang so cukup for qt, ngana se klar ngana pe urusan jo nanti
ngana pe tamang biar qt yang urus” (Udah udah, gue udah ikhlas kok, selama kita
masih bisa temenan, udah cukup kok buat gue, lo kelarin urusan lo gih, biar
temen lo gue yang urus” ucap Rio. Trisil menggangguk kemudian menghampiri Ify,
setelah mengucapkan satu dua kata, dia pergi.
Rio kemudian menghampiri Ify yang masih duduk manis
di tempat tadi.
“Rio”ucap Rio menjulurkan tangannya.
“Ify” Balas Ify menjabat uluran tangan Rio.
“Eng.. Lo bisa bahasa Manado, gak?”Tanya Rio
mengingat bahwa perempuan yang didepannya ini bukan berasal dari Manado. Ify
menggeleng. Rio tersenyum maklum, untung saja bahasa indonesianya atau bahasa
gaulnya lancar sehingga dia tidak akan terlalu kaku ngomong dengan perempuan di
hadapannya.
“Terus lo mau ke mana nih? Gue gak biasa jadi tour guide sih, atau mau makan dulu?”tanya
Rio sambil melirik kearah samping, tempat KFC berada. Ifypun mengikuti arah
lirikan Rio dan mengerti maksudnya.
“Duh, gue nggak lagi pengen makan di sini, masa
datang jauh-jauh ke Manado terus makan makanan yang ada di tempat gue”ucap Ify.
Membuat Rio sedikit jengkel mendengarnya.
“Yaudah, terus lo mau ke mana?”
“Hmm..” Ify berpikir sejenak “Gue pengen ke Bunaken,
itu jauh gak sih dari sini?” tanya Ify lagi membuat Rio memelotkan matanya.
“Gila aja, jauhlahh, itu ada di pulau sebelah, gak
berada satu daratan dengan Manado, kalo mau ke sana harus naik kapal laut, dan
biaya sewa kapalnya itu bisa sampe satu juta, ke tempat lain aja dehh” ucap Rio
tanpa sungkan, gila aja kalo dia harus mengorbankan uang satu juta hanya untuk
memenuhi permintaan Ify.
“Satu juta ya..”Ucap Ify sambil berpikir. “Gimana
kalo gue bayar setengahnya, lo juga setengahnya?”Tawar Ify, Rio berpikir
sejenak, sudah lama sejak terakhir dia ke Bunaken, dan semenjak semester 1 dia
sudah membantu usaha orang tuanya sehingga dia memiliki tabungan yang cukup
banyak, di tambah akhir-akhir ini dia jarang sekali berlibur, sepertinya nggak
ada salahnya untuk berlibur, kan?
“Oke deh, tapi kita ke rumah gue dulu ya, dan
kayaknya lo harus ganti pakaian deh”ucap Rio melihat Ify sekali lagi yang
memakai kaos oblong pink dan celana jins panjang.
“Kenapa emang?”tanya Ify bingung.
“Ya kan kita mau ke pantai, masa lo pake celana
panjang sih?”Tanya Rio yang langsung ditatap Ify dengan pandangan aneh.
“E..Eh, maksudnya bukan kayak gitu, ah
sudahlahh”Ucap Rio lagi seakan tahu apa yang Ify pikirkan kemudian beranjak dan
menuju mobilnya yang diparkirkannya tak jauh dari tempat ini. Ifypun
mengikutinya.
***
Suasana di dalam mobil begitu sepi, keduanya seakan
enggan untuk memulai pembicaraan, sampai akhirnya Rio menghentikan mobilnya di
depan sebuah Ruko dan membunyikan klakson mobilnya.
“Rumah lo di sini?”Tanya Ify, Rio menggangguk.
“Mau ikut masuk nggak? Gue mungkin agak lama”Jawab
Rio.
“Nggak deh, gue tunggu di sini aja, oh iya, emang
kenapa lo gak keluar aja? Cuma ngeklakson mulu daritadi”Tanya Ify sedikit
penasaran.
“Ya tunggu di buka pintunya dulu lah, lagipula
klaksonnya kedengaran sampe di atas kok” jawab Rio, Ify hanya manggut-manggut.
Tak lama kemudian pintu Ruko di buka oleh seseorang.
“Gue tinggal dulu ya, AC-nya masih gue pasang kok,
trus dibelakang ada permen, ambil aja kalo mau. Bentar ya”Jawab Rio. Ify
menggangguk.
20 menit kemudian Rio kembali dengan memakai kaos
oblong dan celana jins pendek sambil membawa gitar.
***
“Eh, pelabuhannya deket rumah lo ya?”tanya Ify
ketika baru sebentar mereka sudah sampai.
“Ya, pelabuhan di sini ada 2 sih, satu yang dibagian
pasar, gak jauh juga dari sini, satu di sini atau disebut Marina Plaza, tapi
gue gak pernah ke pelabuhan yang satunya. Lagipula yang di sini semuanya gue
kenal kok, hehe”ucap Rio kemudian turun, di ikuti oleh Ify.
“Bentar ya gue coba tanyain harga kapal yang siap
berangkat sekarang, lo duduk di sana aja deh” Kata Rio kemudian menunjuk kursi
yang terdapat di sana. Ify sekali lagi menggangguk kemudian berjalan masuk ke
dalam, mendekati tiang pembatas dan menatap lautan yang begitu tenang.
“Gimana?”Tanya Ify ketika dia melihat Rio
menghampirinya.
“Beres, dikit lagi kita berangkat” jawab Rio.
“Ohh..”ucap Ify kemudian melanjutkan kembali
kegiatannya yaitu foto selfie dengan latar belakang lautan.
“Yuk Fy”ucap Rio sambil membawa gitarnya kemudian
mengikuti seorang pria yang sepertinya akan mengantarkan mereka.
“Eng…”ucap Ify ragu-ragu ketika harus melompat ke haluan
kapal (?) (Ituloh, kan kapal laut ada kek segitiga gitu depannya, jadi naiknya
dari situ :3) melihat haluan kapal itu cuma kecil dan waktu Rio melompat
kapalnya sedikit bergoyang membuatnya takut.
“Nda kwa, sini nanti bapak pegang” (Gpp kok, sini
bapak pegangin) ucap pria yang diikuti mereka sambil mengulurkan tangannya.
Namun Ify tetap ragu-ragu, bagaimana jika dia salah menginjak kemudian malah
jatuh ke laut? Itu akan sangat memalukkan.
“Nanti qt jo pak” (Nanti aku saja pak) ucap Rio.
Pria itu menggangguk kemudian mulai mempersiapkan kapal.
“Ayo sini Fy”ucap Rio mengulurkan tangannya.
“Gue takut, Yo”ucap Ify.
“Udah gak apa apa, ada gue kok. Sini gue
pegangin”ucap Rio yang semakin mendekat kearah haluan kapal. Namun Ify tetap
menggeleng.
“Trust me..”ucap
Rio lembut sambil menatap Ify lembut. Ify kemudian menggapai tangan Rio dan
langsung di tarik oleh Rio yang langsung membuat Ify kini berada didekapan Rio.
“Gak apa-apa, kan?”tanya Rio lembut sambil
melepaskan tangannya dipunggung Ify. Ify hanya menggangguk dengan wajah yang
sedikit memerah.
“Yuk ke dalam”Ajak Rio ketika Ify memilih duduk di
tepi kapal ( ituloh, kan ada tepinya ._. pokoknya di situ lahh -_- semoga
ngerti :v)
“Di sini lebih ademm”jawab Ify sambil memegang
kuat-kuat tepi kapal dan sesekali berteriak ketika kapal mulai bergoyang akibat
ombak.
“Emang gak takut tuh kulit ke bakar?”tanya Rio yang
ikut duduk disamping Ify. Ify menatap tangannya.
“Lagipula ini panas pagi, sinar matahari di pagi
hari bagus tauu, emang berapa lama sih perjalanannya? Kyaa..”tanya Ify lagi
sambil berteriak ketika tiba-tiba kapalnya goyang.
“Satu jam setengah, ya terserah lo sih”Jawab Rio
kemudian berdiri dan berjalan kearah kabin.
“Eh ehh, tunggu”ucap Ify kemudian ikut berdiri,
namun baru saja melangkah kapal kembali bergoyang sehingga gadis itu kehilangan
keseimbangannya dan dengan sigap Rio langsung menahannya agar tak terjatuh.
“Hati-hati”ucap Rio. Ify menggangguk, wajahnya
terasa panas kembali.
“Yuk”ajak Rio memegang tangan Ify kemudian berjalan
kembali.
***
“Nyanyi-nyanyi aja yuk, nih gue bawa gitar”ucap Rio
ketika mereka berdua duduk di kabin, Ify menggangguk kemudian keduanya mulai
bernyanyi-nyanyi.
“Foto-foto yuk, Yo”Tawar Ify setelah sudah keberapa
lagu yang mereka nyanyikan kemudian mengambil handphone-nya dan membelakangi Rio.
“Masih lama ya, Yo?”tanya Ify setelah beberapa kali
mereka foto-foto.
“Sekitar 40 menitan lagi lah, emang kenapa?”tanya
Rio balik.
“Bosennnn”Jawab Ify.
“Yaudah gimana kalo kita main?”Tawar Rio. Membuat
Ify langsung menatapnya penasaran.
“Yah, kan kita bisa dibilang sudah dekat lahh, jadi
kita akan melakukan tanya jawab, gimana?”tanya Rio.
“Jadi kita akan saling bertanya?”tanya Ify balik.
“Ya, pertanyaan langsung, dan harus menjawab jujur,
gimana?”tawar Rio. Ify berpikir sebentar kemudian menggangguk antusias.
“Oke, gue duluan, hmm… Lo suka sama Trisil,
kan?”tanya Ify, membuat Rio sedikit kaget ketika langsung ditanyakan seperti
itu.
“Yahh.. Begitulah, gue sama dia udah lama temenan
sampe akhirnya gue yang jatuh cinta duluan, ya seperti kata orang, gak ada
persahabatan sejati antara dua lawan jenis, pasti salah satu diantaranya akan
mengharapkan lebih dari sekedar itu.”jawab Rio.
“Oke sekarang gue, perkenalin diri lo, nama, umur,
pokoknya semuanya dehh, yang bisa buat gue kenal lo lebih jauh”
“Hmm, okee.. nama gue Callifya Alyssa, tapi gue
lebih seneng dipanggil Ify, umur 18 tahun, semester 1 akuntansi di perguruan
Bima Nusantara di Bandung, anak kedua dari tiga bersaudara, apalagi ya? Itu aja
deh, hahaha”
“Sekarang gue, hmm.. menurut lo, jatuh cinta itu
gimana sih? Maksudnya, gimana cara lo bisa jatuh cinta sama seseorang?”tanya
Ify
“Hmm, kupikir gue bisa jatuh cinta ketika gue tahu
segalanya tentang seseorang, cara dia merawat rambutnya misalnya, atau cara dia
memilih pakaian yang dia akan dia kenakan hari itu, dan yang pasti, gue nyaman
bersamanya”
“Sekarang gue, apakah kita bisa bertemu lagi?”tanya
Rio
Ify berpikir sejenak “Entahlah, gue kemari karena
kebetulan pengen ketemu Trisil aja, dan lagi gak sibuk, gue gak tau bisa ketemu
lo lagi apa nggak, mungkin nggak, lagipula kita hanya kencan satu hari, ‘kan?”
Rio hanya tersenyum, sepertinya mereka memang hanya ditakdirkan untuk kencan
satu hari, lagipula dia tidak ada perasan apa pun terhadap gadis dihadapannya.
***
“Mo turung di mana pak? Yang kiri ato kanan?” (Mau
turun di mana pak? Yang kiri atau kanan?) Tiba-tiba pria yang ingin membantu
Ify naik ke kapal tadi bertanya pada Rio.
“Yang di kanan aja pak”Jawab Rio. Kemudian pria itu
langsung ke haluan kapal dan memberikan kode ke pengemudi kapal.
“Emang kalo di kiri kenapa, Yo?”tanya Ify.
“Yang di kanan seingat gue sih, bersih tempatnya,
dan emang biasa turun di kanan kok” Ify hanya manggut-manggut mengerti.
***
“Ayo turun Fy”Ucap Rio yang kini sudah turun dari
kapal lewat Buritan.
“Celana gue bisa basah ihh, emang kapalnya gak bisa
diparkir di tepi pantai apa?”tanya Ify polos.
“Yee, kalo di tepi pantai mah nanti lo yang mau
dorong kapalnya balik ke air lagi? Udah siniii”Ucap Rio lagi.
“Nanti basah Riooo… itu airnya aja di betis lo, nah
kalo di gue bisa di lutut ihh” ucap Ify lagi, dia sama sekali gak menyangka
akan turun di perairan.
“Yaudah sini gue gendong deh”ucap Rio kemudian
berbalik membelakangi Ify. Membuat mata Ify terbelalak.
“Ayo sini, lo lama ahh, tadi udah dibilangin pake
celana pendek juga malah ngeyel, ayo sinii”Teriak Rio lagi.
Dengan ragu-ragu Ify mulai turun lewat tangga yang
disediakan kemudian memeluk leher Rio.
“Lo berat juga ya ternyata” ucap Rio ketika Ify
berada dipunggungnya.
“Ihhh”ucap Ify memukul pundak Rio pelan.
“Jangan gerak gerak woyy, nanti bisa jatuhh”ucap
Rio. Ifypun menurut.
“Gilaaa, lo berat banget Fy, serius dahh, leher gue
pegel-pegel nihh”ucap Rio setelah menurunkan Ify, dan langsung mendapat cubitan
dari Ify.
“Rio nyebelin ihhhh”
“Hahaha”
“Mau di anterin gak pak?”tawar pria yang di kapal
yang juga ikut turun.
“Udah gak usah pak, nanti kalo udah kami cari bapak
deh”jawab Rio sopan.
“Oke” Kemudian bapak itu pergi.
Rio dan Ify kemudian berjalan di daerah yang tidak
kena sinar matahari dan duduk di pasir putih.
“Jadi? Ini nih Bunaken”ucap Rio dengan gaya bangga.
Ify tersenyum.
“Pemandangannya bagus, pasirnya juga bagus, halus
gini”ucap Ify setelah mengambil pasir.
“Lo mau diving gak? Harganya 250-an kalo gak salah,
itu udah termasuk sewa pakaiannya”tawar Rio. Namun Ify menggeleng.
“Gak ahh, gue takut” ucap Ify yang masih sibuk dengan
pasirnya (?)
“Yaudah bentar ya”ucap Rio kemudian beranjak pergi,
tak lama kemudian dia balik dengan dua buah kepala muda ditangannya.
“Dari mana tuh? Lo manjat pohon?”tanya Ify polos.
“Ya nggak lah, itu di sana di jual, 10 ribu,
nih”ucapnya sambil menyodorkan salah satunya ke Ify, Ifypun langsung
meminumnya.
“Eh, tau gak Fy katanya pasir di sini itu bisa bikin
kulit halus lho”ucap Rio kemudian duduk kembali.
“Oh, ya?”ucap Ify kemudian langsung menimbun kedua
kakinya dengan pasir dan langsung memegang pasir dengan kedua tangannya.
“Pft… Hahahaha”Tawa Rio langsung pecah ketika
melihat aksi Ify, Ifypun menatap Rio kemudian sadar kalau dia sedang dikerjain.
“Riooooooo!!!”ucap Ify kemudian langsung mengejar
Rio yang lebih dulu kabur.
***
“Udah jam 4 nih, pesawat lo jam berapa?”tanya Rio
ketika mereka telah kembali ke Marina Plaza.
“lima belas menit jam enam”ucap Ify.
“Oh gitu, terus sekarang lo mau ke mana?”tanya Rio.
“Hmm…”Ify Nampak berpikir “gue pengen makan..”
“Oke, gue tau tempat makan yang enak di sini”
“Tapi makanan khas Manado, gue pengen rasain Bubur
Manado”Lanjut Ify. Rio berpikir sejenak. “Oke, yukkkk”
***
“Jadi.. ini bubur manado?”tanya Ify ketika
dihadapannya telah terhidang sebuah makanan. Kini dia dan Rio telah berada di
sebuah restaurant.
“Yaps, atau biasa disebut Tinutuan, ya nggak bisa
dibilang bubur juga sih, buktinya itu ada kangkung, trus ada ubi, ada labu,
trus ini sayur apa sih namanya? Ah tau dehh, tapi enak kok, sehat, dan
bergizi”ucap Rio bangga mempromosikan makanan khas daerahnya.
“Terus ini.. sambal?”tanya Ify ketika melihat
sesuatu yang seperti sambal berada di atas meja.
“Iya, tapi di sini lebih sering disebut Rica atau
dabu-dabu, cobain deh, ini dabu-dabu ikan roa, behh.. mantap pokoknya, kalo lo
suka pedes coba ambil banyak, tapi untuk pemula ambil dikit aja, trus lo juga
bisa campurin kecap di bubur ini, ya lo ukur sendiri deh selera lo gimana”
terang Rio lagi. Ify mengangguk kemudian mengambil dabu-dabu itu secukupnya dan
diletakkan di makanannya. Ia kemudian melaham sesendok Tinutuan tak lupa dengan
dabu-dabunya yang sedikit dan kemudian memakannya.
“Hmm… Enakkk” (Ini penulisnya ngiler sendiri
ngebayanginnya T.T) ucap Ify sambil tersenyum.
“Iya kan? Tapi baiknya itu lo campur gih, daripada
lo ambil dikit-dikit kayak gitu ricanya”Saran Rio. Ify menggaguk kemudian mulai
meracik sendiri makanannya.
***
“Jadi.. kita sudah sampai”ucap Rio setelah
memarkirkan mobilnya di bandara.
“Ya, kita sudah sampai”ucap Ify lagi dengan nada
sedih.
“Fy?”ucap Rio pelan namun masih bisa didengar oleh
Ify.
“Ya?”tanya Ify balik menatap Rio. Dia sama sekali
gak suka dengan suasana yang seperti ini, seolah-olah ada perasaan nggak rela
diantara mereka berdua.
“Eng…lo gak bakal lupain gue, ‘kan?”
“Mungkin”jawab Ify kemudian menghela nafas “Lagipula
kita baru bertemu dan kencan satu hari kan? Bisa aja gue lupain lo..”ucap Ify
dengan nada sedih. Rio menatap ke atas sambil menutup matanya dan tiba-tiba
ingatan tentang hari ini terlintas begitu saja di benaknya.
“Ya, benar, lo mungkin aja lupain gue ataupun gue
yang lupain lo, karena kita hanya kencan satu hari”ucap Rio dengan nada sedih
“Tapi.. itu sangat berarti buat gue, Fy, gue
bener-bener menikmatinya”ucap Rio akhirnya sambil memandang Ify. Ify tersenyum
“Ya, gue juga”
“Kalo gitu, gue pergi ya, Yo, makasih banyak ya”ucap
Ify sambil tersenyum kemudian membuka pintu mobil Rio, namun langkahnya
terhenti ketika mendengar suara Rio.
“Gue benci ini..”ucap Rio sambil tetap menatap ke
atas.
“Gue juga.. pesawat gue sebentar lagi berangkat”ucap
Ify akhirnya.
“Fy..”Panggil Rio, Ify menoleh.
“Soal omong kosong yang kita bicarakan di kapal,
tentang nggak akan bertemu lagi? Gue nggak mau itu terjadi.."ucap Rio. Ify
tersenyum
“Gue juga..” Rio langsung menatap Ify dengan tatapan
tak percaya.
“Yah.. Gue takutnya lo nggak mau lihat gue lagi..”
“Dengar Fy, dengarr”ucap Rio kemudian melirik jam
yang berada di mobilnya, 10 menit lagi pesawat Ify akan berangkat dan memegang
kedua tangan Ify.
“Gue sayang lo Fy, gue gak tau sejak kapan gue bisa sayang
lo, sejak kapan jantung gue berdebar-debar kayak gini, dan gue gatau kenapa gue
gak rela lo pergi sekarang, gue sayang lo, Fy”ucap Rio, nafasnya terburu-buru,
dia sama sekali nggak mau menyesal karena harus kehilangan Ify sekarang tanpa
memberitahukan perasaannya.
“Bagaimana kalau gue menjawabnya tahun depan?”tanya
Ify sambil tersenyum. Membuat Rio menatapnya heran.
“Gue nggak mungkin pergi dengan keadaan kayak gini,
‘kan?”ucap Ify lagi.
“Kan kita bisa komunikasi lewat sms, telfon, fb, bbm
atau apa kek, nama fb lo apa? Nomor lo berapa? Pin bb lo berapa?” tanya Rio
bertubi-tubi.
“Gue nggak mau LDR apalagi hanya dengan kencan satu
hari, dan gue gak suka pacaran sama telefon atau laptop, mungkin kasusnya beda
kalo kita pernah kencan beberapa hari, nggak Cuma 1 hari”terang Ify lagi.
Membuat Rio semakin gelisah
“Yaudah yaudah.. tahun depan kita ketemu lagi, pas
liburan, lo akan ke manado kan atau gue yang ke Bandung?”tanya Rio.
“Gimana kalo enam bulan aja deh, gue akan ke manado,
bertemu di tempat kita awal bertemu”ucap Ify
“Enam bulan dari sekarang? Bulan desember, ya?”Ify
menggangguk.
“Tapi kita tanpa komunikasi, tanpa telefon, tanpa
sms, bbm, chat atau apalah, enam bulan.. kalo misalnya gue gak datang, berarti
gue lupain lo, begitupun sebaliknya, ya? Dan lo jangan coba-coba minta apa pun
ke Trisil”ancam Ify.
“Terus.. gimana gue tau kalo lo gak php-in gue Fy?
Gue bener-bener sayang sama…”ucap Rio namun ucapannya terhenti ketika tiba-tiba
Ify langsung mencium bibir Rio.
“Tunggu gue enam bulan ya, gue sayang lo juga
kok”ucap Ify dengan wajah memerah kemudian turun dari mobil, meninggalkan Rio
yang masih terpaku dan memegang bibirnya, ciuman itu masih terasa.
“Pasti, Fy, gue janji”ucap Rio. Ify hanya terus
berjalan sambil tersenyum, dia tak menyangka liburannya kali ini bisa
membuatnya bertemu dengan seseorang, seseorang yang secara tanpa sadar
membuatnya bisa jatuh cinta.
So kiss me and smile for me
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Cause I’m leaving on a jet plane
Don;t know when Ill be back again
Oh babe, I hate to go
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Cause I’m leaving on a jet plane
Don;t know when Ill be back again
Oh babe, I hate to go
Now the time has come to leave you
One more time
Let me kiss you
Then close your eyes
Ill be on my way
One more time
Let me kiss you
Then close your eyes
Ill be on my way
(Chantal Kreviazuk – Leaving on a
jetplane)
-The End-
Valentino
Waney, @Vvalen14, RFM Manado
Tidak ada komentar:
Posting Komentar