Jumat, 07 November 2014

YEYEN PRATIWI @Yeyen17_ [RFM PADANG]



Judul : Nyao Pulang Ka Badan
Lagu : Nyao Pulang ka Badan dari Ratu Sikumbang
            Mati Raso dari Ratu Sikumbang
Author : Yeyen Pratiwi, RFM Padang( merantau ke Bengkulu.-.), @Yeyen17_

+++

Mungkin dek untuang nan indak ado
Ba urak raso jalinan cinto
Kini lah lamo maso balalu
Lah habih lah ilang rindu

+++
            Ify melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah lamanya. Sudah lama sekali ia tak melangkahkan kaki kesekolah ini. Jika dihitung-hitung sudah hampir 3 tahun yang lalu semenjak ia lulus dari sekolah itu. Ia tersenyum mengingat setiap yang ia kerjakan ditempat ini. Tempat yang selalu ia datangi selama tiga tahun. Tempat yang membuatnya menikmati masa putih abu-abunya. Tempatnya belajar, bermain, berbahagia, sakit hati, sedih, senang, suka dan duka. Tempat ini penuh kenangan.
            Eh ado Ify. Lah lamo ndak kasiko. Ba a kaba nak?(Eh ada Ify. Udah lama gak kesini. Gimana kabarnya bak?)”
            Ify menoleh. Ternyata satpam sekolah ini masih sangat mengingatnya. Bahkan sudah enam tahun berlalu. Ia menghampiri pria yang rambutnya sudah mulai memutih itu. Menjabat tangan yang mulai ringkih itu dan mengucapkan salam.
            Alhamdulillah sehat Pak De. Pak De ba a? Sehat kan?(Alhamdulillah sehat Pak De. Pak De sendiri gimana?)”
            Alhamdulillah sehat Nak. Ado acara a kasiko? Reuni jo kawan-kawan lamo yo?(Alhamdulillah Sehat Nak. Ada acara apa kesini? Reuni sama temen-temen lama ya?)”
            Ify tersenyum mengiyakan. Lalu memulai percakapan dengan Satpam sekolah itu yang kerap mereka panggil Pak De—entah karena apa, sembari menunggu teman-temannya yang lain menunggu. Bercerita tentang perkembangan sekolah ini. Pergantian guru yang keluar masuk dan kelakuan siswa-siswa dari tahun ke tahun. Ify menikmati obrolan hangat itu. Pak De selalu mempesona dengan caranya sendiri.
            Dari tahun ka tahun kayak iko se nyo nak. Siswanyo makin manjadi, guru makin cuek. Biaso lah. Ndak samo jo tahun Ify dulu do, kalaupun tangka tapi masih menghargai. Kok anak mudo kini kan bisa Ify caliak surang parangainyo. Minta ampun awak dek nyo.”
            Ify mengiyakan ucapan Pak De. Memang seperti itu. Toh tidak hanya dikota-kota besar saja tingkah laku anak abg sekarang yang melampaui batas, dikota Solok—kota tempatnya berada saja sudah seperti ini. Ify juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka. Banyak yang membawa pengaruh buruk itu untuk mereka. Lingkungan dan teknologi diantaranya.
            Seseorang melambaikan tangannya pada Ify yang membuat mata gadis itu melebar. Orang itu adalah orang yang paling membuatnya ragu untuk datang ketempat ini. Kesekolah ini. Sosok itu juga banyak memberikan kenangan dimasa sekolahnya. Sosok itu membuat badannya bergetar hebat.

Ndak disangajo kito batamu
Dingin badan ko taraso kaku
Den jawek salam mato balinang
Dunia taraso baguncang

            “Assalamualaikum. Ba a kaba Fy? Sehat?(Assalamualaikum. Gimana kabarnya Fy? Sehat?)”
            Ify tersenyum seraya mengangguk. Lantas menjawab salam yang diucapkan sosok itu. Menjabat tangannya dan menjawab pertanyaannya. Melontarkan pertanyaan yang sama pula. Saling menyanyakan kabar masing-masing dan mengingat masa-masa sekolahnya.
            Sosok itu Rio Chaniago. Tinggi, berkulit sawo matang dan memilik mata yang tajam. Garis wajah yang tegas diumurnya yang sudah matang. Alisnya tebal, bibirnya penuh dan hidungnya bangir. Intinya Rio itu sosok yang tampan dan gagah. Rio juga seorang yang ramah, mudah bergaul dan disukai banyak orang. Rio termasuk orang yang dikelas hampir oleh seluruh sekolah. Dari kepala sekolah sampai satpam dan para penjaga sekolah. Dari ibu kantin sampai jajaran pengurus TU.
            Sedangkan Ify hanya gadis biasa yang hanya dikenal segelintir orang. Mungkin ibu kantin—tempatnya sering mangkir dari pelajaran. Atau satpam yang selalu dirayunya agar dibukakan gerbang tiap pagi karena selalu telat datang kesekolah, atau yang paling tinggi Wali kelasnya dan guru BK.
            Ify tersenyum mengingat semuanya. Semua ini memang penuh kenangan. Termasuk tentang Rio. Rio yang membuatnya mencintai kota ini. Rio yang membuatnya bersyukur dilahirkan dikota kecil yang penuh keajaiban ini. Rio yang mengenalkannya pada setiap budaya yang ada dikota ini. Rio yang membuatnya mengenal setiap tempat-tempat indah dikota ini. Rio yang mengenalkan semuanya.

+++
---       
            Ify Philiani tersenyum kepada orang-orang yang baru dikenalnya ini. Orang-orang yang tersenyum ramah padanya. Ia mengikuti langkah Rio menuju Rumah Gadang itu. Dirinya dengan beberapa orang lain sedang melakukan kunjungan disebuah Nagari yang ada disana. Namanya Nagari Kinari di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok. Nagari itu adalah asal Rio berada.
            Di sana Rio menceritakan bagaimana para penduduknya yang ramah, terbuka dan sangat peduli terhadap sesama. Kinari juga merupakan salah satu Nagari yang masih menjunjung tinggi rasa kekeluargaan yang merupakan ciri Khas Minang Kabau. Di Kinari juga masih banyak ditemukan rumah-rumah adat yang biasa disebut Rumah Gadang, disaat rumah adat Minang Kabau itu sudah mulai punah.
            Mereka juga mengunjungi beberapa tempat di Nagari Kinari yang begitu terkenal salah satunya Sawah Sundi atau Tabek, tetapi para remaja ataupun orang-orang sekitar sering menyebutnya puncak. Karena memang tempat itu terletak dibagian tertinggi dari Nagari Kinari. Beberapa juga menyebutnya Bintang.
            Puncak atau Bintang adalah tempat yang paling disukai Ify. Karena disiang hari saja tempat itu sangat indah, hamparan persawahan yang tersusun begitu rapi sangat memanjakan mata. Juga beberapa perbukitan yang nampak begitu elok. Dari sana juga terlihat dengan jelas Gunung satu-satunya yang berada di Solok, Gunung Talang.
            Dan disanalah Ify,Rio dan beberapa temannya yang lain sedang berada. Mereka menikmati pemandangan itu dengan beberapa makanan yang dijajakan disana. Matahari juga sudah mulai turun keperaduannya. Membuat langit begitu indah, memberikan gradasi warna jingga yang begitu menawan. Membuat semua mata tak dapat mengelak untuk melihat pemandangan yang menakjubkan itu.
            Kok pagi tambah rancak mah Fy(Kalo pagi makin bagus loh Fy).”
            Ify menoleh, menatap Rio yang sedang tersenyum melihat suguhan didepannya. Ify ikut tersenyum, melihat wajah Rio yang diterpa cahaya matahari sore membuatnya semakin terlihat tampan. Tanpa sadar wajah gadis itu memerah dan ia segera mengalihkan pandangannya.
            Dingin ndak Yo disiko kalo pagi? Biasonyo kan tampek yang tinggi tu kan dingin(Dingin gak yo disini kalo pagi? Biasanya kan tempat yang tinggi itu dingin).”
            Kok ditanyo dingin tu iyo, tapi wak suko lari pagi ka siko Fy. Udaro nyo masih segar, kabutnyo masih nampak, pokoknyo rancak lah.(Kalo ditanya dingin ya pastilah, tapi Aku suka lari pagi kesini Fy. Udaranya masih segar, kabutnya masih keliatan, pokoknya keren deh).”
            Kok malam ba a?(Kalo malam gimana?).”
            Caliak se be!(Liat aja nanti).”
            Ify tergelak mendengar cara Rio berbicara. Mereka lalu melanjutkan obrolan ringan yang membuat keduanya terlihat begitu dekat, seperti dua orang sahabat yang udah lama gak ketemu. Membuat obrolan yang begitu hangat membuat keduanya tak sadar bahwa matahari telah mengilang, digantikan bulatan yang lain, yang tak kalah indahnya.
            Ify menutup mulutnya melihat hamparan langit dihadapannya. Matahari memang sudah tak lagi muncul tapi cahayanya masih muncul dengan bentuk lagi sebuah bulatan yang begitu indah. Bulan. Bulan juga tak sendiri muncul, ia datang bersama titik-titik terang yang sangat disukai Ify. Mereka disebut bintang.
            “Subhanallah. Keren banget, Yo!”
            Rio tertawa pelan menikmati ekspresi Ify. Baginya gadis itu terlalu ekspresif, mengutarakan semua yang dirasanya dengan luar biasa. Seperti saat ini, Ify begitu menikmati semuanya. Mengucap syukur berkali-kali atas apa yang telah disuguhkan oleh yang diatas padanya. Dan Rio menatap Ify dengan penuh perasaan.
---       
+++
            Sepotong kejadian yang baru saja mereka kenang buyar ketika tiba-tiba segerombolan orang datang menghampiri mereka. Ify tersenyum ketika melihat siapa yang datang menyongsong mereka. Sahabat-sahabatnya. Orang-orang yang sangat banyak melukiskan kenangan untuknya.
            Difna, Eliza, Emeur, Kiky sedang saling mendorong bahu ketika Arif datang menengahi mereka. Mereka saling melempar tawa yang terlihat sangat konyol diumur mereka yang sudah berkepala dua.
            Difna Rosha Amanda, teman sebangku yang tak pernah lepas dari Ify. Ify suka sekali memanggilnya Didip, entah karena apa. Toh Didip pun tak pernah merasa keberatan. Jadi ify juga merasa biasa saja memanggil Didip dengan panggilan itu. Kalau Eliza lain lagi, namanya Eliza Guruh ah bukan Eliza Damayanti, teman-temannya juga memanggil Icho—ify tak tau dari mana datangnya panggilan itu. Tapi semenjak terbitnya Novel Omen yang ditulis oleh mbak Lexie, ify jadi suka memanggil Icho dengan panggilan Eliza Guruh, soalnya dia juga psikopat sih kayak tokoh Eliza Guruh ini. He-he 
            Emeur ini namanya Emeur Maryan, tapi Ify suka manggilnya ‘ntang’, bukan karena dia punya akun twitter @akubintangjatuh, tapi karena ify manggilnya dia Kentang. Abisnya dia mirip kentang, bulet imut-imut enak gitu(?).
            Kalo Kiky ini temen SMP-nya ify, jadi mereka emang udah deket banget dari dulu. Panggilannya sih Kytul kalo dari Ify. Gak tau dari mana panggilan itu. Arif Reynald, tapi jangan pernah tanya siapa Arif sama Ify soalnya dia gak bakalan kenal. Coba aja tanya Apepe, pasti cewek itu langsung tau siapa yang lagi ditanya. Kata Ify apepe itu singkatan dari Arif Pocong Perawan.
            Mereka lalu segera menjabat tangan Ify dan Rio dan saling melempar senyum satu sama lain. Menanyakan kabar masing-masing dan keadaan masing-masing. Ify tersenyum senang, setelah tiga tahun berpisah ternyata mereka masih seperti itu. Dandanan mereka memang jauh lebih dewasa, tapi ketika mereka ketemu seperti ini teryata tak ada yang berubah. Semuanya masih sama.
            “Udah pada wisuda?”tanya Rio membuat mereka saling menoleh satu sama lain.
            Ify alun. Masih nyusun. Tigo tahun tu susah haha(Ify belum. Masih nyusun. Tiga tahun itu susah haha)”Ify menjawab sambil tertawa.
            Kalau ang nanyo samo den, jaleh se alun lai yo. Baru semester tujuah(Kalo lo nanya sama gue, jelas belum lah yo. Semester tujuh nih.”Arif menjawab, lalu ber-high five bersama Emeur. Mereka semua kontak tertawa melihat bagaimana ekspresi Arif yang sama sekali tak cocok dengan dandanannya yang super duper keren itu.
            Den sangko ah lah sehat mah Rif, eh kironyo masih gilo bak cando dulu juo lai(Gue kira lo udah sehat Rif, eh ternyata masih gila kayak dulu)”
            Para cewek itu tak bisa menahan tawa mendengar kelakar Rio. Arif yang menjadi bulan-bulanan hanya bisa cengengesan dan meninju pelan lengan atas cowok itu. Membuat Rio menatapnya sambil memperlihatkan gingsulnya.
            Masih samo Hanin Pe? Langgeng?(Masih sama Hanin pe? Langgeng?)”
            Hanin itu cewek Arif dari jaman mereka masih duduk dikelas satu, Hanin itu teman sekelas Emeur yang notabene adalah lingkaran persahabatan mereka, membuat Emeur harus meluangkan waktunya untuk membantu cowok berkacamata itu pdkt dengan cewek yang juga berkacamata itu. Akhirnya mereka jadian dan sepertinya langgeng sama saat ini.
            Ify ndak tau? Nyo baduo kan nak nikah haha(Ify gak tau? Mereka berdua kan mau nikah haha)”
            Mulut Eliza langsung dibekap oleh Arif dengan ganas, memperlihatkan kebiasaan mereka jaman dulu. Arif dan Eliza seperti kucing dan anjing, tentu saja Arif yang bertindak sebagai kucing. Begitu juga dengan Arif dan Emeur seperti kucing dan tikus, yap tentu saja Arif yang jadi tikus. Pokoknya cowok satu itu selalu ditindas oleh kedua cowok itu, Arif juga sih mau saja di-bully makhluk astral kayak mereka. Biasanya yang jadih penengah  kalo gak Didip ya Kytul.
            Tapi Pepe lagi galau Fy, soalnyo kan adat urang cupak tu kareh. Ma bisa pepe manuruik-an adat kayak tu.(Tapi Pepe lagi galau Fy, soalnya kan Adat orang Cupak itu keras gitu. Mana bisa pepe nurutin adak kayak gitu)”
            Solok memang begitu, tiap nagari, tiap daerah memiliki adat masing-masing. Dalam hal pernikahan salah satunya. Cupak, daerah Hanin salah satu yang masih menjunjung tinggi adat istiadat disaat semua daerah mulai menghilang tradisinya. Katanya, daerah itu terlalu banyak peraturan dan Arif tak bisa dengan itu semua.
            “Oh iya, minggu depan gue mau ke janjang saribu. Pada mau ikut?”
            Ify mengerjap, menoleh kearah teman-temannya. Sudah lama sekali mereka tidak mengunjungi tempat-tempat yang indah. Yang masih alami. Ketika teman-temannya mengiyakan ajakan Rio, Ify juga sontak mengangguk penuh semangat kearah pemuda itu.
            Rio tersenyum yang tanpa sadar menggenggam tangan kanan Ify, mengajaknya berdiri mengikuti yang lain. Segera memasuki aula tempat acara yang akan diselenggarakan. Bertemu dengan teman-teman lama. Orang-orang yang memberikan warna dikehidupannya dulu.

Raso nyao pulang kabadan
Raso hiduik arwah nan hilang
Walau barek raso didado
Lah den kubua carito lamo
Kadalam den raguak tangih
Dilua lai galak juo
Kok cinto ndak namuah habih
Den kukuik malah hati ko
           
            Ify bukannya tak sadar atas semuanya. Rio berubah. Menjadi begitu manis. Dulu ia juga selalu memperlakukan Ify dengan manis. Tapi dahulu Rio yang membuatnya jatuh cinta, lalu Rio juga yang mematahkan hatinya. Ify masih ingat betul semua itu.

+++

            Nafasnya sudah ngos-ngosan. Sedangkan tangga yang ia naiki baru sampe 800—karena dihitungnya dari awal. Teman-temannya sudah banyak yang lebih dulu darinya. Sekarang yang sedang bersamanya hanya Rio seorang, bukan cuman berdua tapi juga ada teman-teman angkatannya yang lain. Difna,Emeur,Eliza,Arif dan Kytul sudah jauh didepan mereka. Sepertinya tadi mereka berlomba siapa yang akan sampe pertama kali di tangga yang ke 1000.
            Hari itu bukan hanya mereka, tetapi hampir seluruh dari mereka. Ada Anaphely,Cintya Sari, Dinie Arika, Fanny Salma, Gladys Alisa, Harisa Mirza, Ines Prabawati dan kembarannya Nazira Inez, Istiqamah Nurfitri, Novita, Intan, Sari, Mitha, Sinta, Nadia, Putri Defri, Nova Lee, Dwi Putri, Reza, Dima Sahara, dan masih banyak lagi. Ternyata Rio mengusulkan untuk mengajak teman-teman seangkatan mereka hati itu, katanya untuk membuat mereka menjadi dekat kembali atau sekedar mengingat hal-hal yang dulu sering mereka kerjakan bersama. Salah satunya ya naik janjang saribu ini.
            JanjangSaribu terletak di daerah Sulik aia(Sulit Air), dinamakan janjang saribu karena memang anak tangganya berjumlah seribu buah. Benar-benar seribu. Dulu tempat itu pernah dikunjungi Ify beberapa kali bersama Rio dan teman-teman yang lain. Dulu tempat ini belum begitu terkenal, masih belum diketahui orang banyak. Tapi dasarnya Rio yang memang hobi mengunjungi tempat-tempat seperti ini, jadinya ia mengajak Ify kesini.
            Anak tangga keseribu baru saja diinjaknya beberapa menit yang lalu. Ify sedang duduk sambil meneguk air mineral dari botol minumnya. Teman-temannya yang lain juga melakukan hal yang sama, beberapa dari mereka sedang mendokumentasikan kehebohan yang tercipta disana.
            Rio tiba-tiba datang dan berdiri didepan Ify, dihadapan semua teman-temannya. Ia mengungkapkan sesuatu yang tak akan pernah disangka Ify. Sesuatu yang sangat diinginkan Ify, diucapkan pemuda itu—dulu.

Alah talambek da nyatokan cinto
Sungguha pun denai da alun ba punyo
Dihati nan ko da lah mati raso
Dek uda juo ndeh mangko co iko

            “Maaf yo. Aku gak bisa. Dulu kamu kemana disaat hati aku luka?”
            Ify mengusap airmata yang tanpa sadar mengalir disudut matanya. Tempat ini dulu sangat disukainya, karena tempat ini tempat yang selalu mengingatkannya pada sosok Rio. Rio yang baik hati. Tapi tempat ini pula yang menjadi saksi, hatinya patah begitu Rio berkata tak punya rasa padanya—dahulu. Sekarang Rio kembali membawanya kesini, menawarkan hati yang sesungguhnya telah lama berdebu. Rio terlambat.

Maafkan denai diak lahia jo bathin
Nyampang laluko didalam dado
Tarimo cinto diak nan salamo ko
Ka denai rubah diak parangai lamo

            Difna mendekat kearah Ify. Memeluk tubuh gadis itu, meluruh bersamanya. Mengusap punggungnya guna membuat gadis itu tenang. Karena yang ia tahu Ify tak butuh apa-apa selain pelukan. Pelukan dari sahabatnya. Eliza, Emeur dan Kiky juga mendekat. Menghibur gadis itu. Sedangkan Arif hanya mampu tersenyum perih dan menepuk-nepuk pundak Rio.
            Ba a pun cintonyo ka ang dulu, kini lah basi yo. Hatinyo lah lamo padiah, luko. Ang talambek.”
            Solok. Kota tercintanya. Tempat yang selalu ia suka. Semua sudut. Karena Rio. Dikota itu ia jatuh cinta, dikota itu ia merasa bahagia. Namun kota itu juga yang membuatnya terluka, membuatnya patah hati. Karena Rio juga. Terima kasih Solok. Terima Kasih Rio. Atas semua kenangan yang pernah tercipta. Atas kesakitan yang dirasa.

+++
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar